London (ANTARA News) - Dua vaksin DNA eksperimental untuk mencegah infeksi virus Ebola aman dan telah membangkitkan respons kekebalan pada orang-orang dewasa di Uganda menurut hasil uji coba pertama vaksin Ebola di Afrika yang dipublikasikan di jurnal kedokteran Inggris, The Lancet, pada Selasa (23/12).

Para ilmuwan dari National Institutes of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) di Amerika Serikat mengembangkan vaksin DNA yang mengode protein-protein virus Ebola.

Seperti dilansir kantor berita Xinhua, vaksin itu mengandung rancangan konstruksi protein permukaan luar virus. Respons imun terhadap protein-protein tersebut menunjukkan tingkat perlindungan yang tinggi.

Pada uji fase pertama, para peneliti Makerere University di Uganda mendaftar 108 orang dewasa sehat berusia antara 18 dan 50 tahun.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa kedua vaksin DNA ditoleransi baik pada orang dewasa di Uganda dan reaksi sistemik dilaporkan terjadi pada semua kelompok.

"Ini adalah studi pertama yang menunjukkan perbandingan keamanan dan perlindungan dari vaksin eksperimental Ebola dalam populasi Afrika," kata penulis utama hasil uji coba, Julie Ledgerwood dari NIAID.

"Ini menggembirakan karena mereka yang memiliki risiko paling tinggi terserang Ebola utamanya hidup di Afrika, dan penurunan perlindungan vaksin dalam populasi Afrika terlihat pada penyakit yang lain," kata Ledgerwood.

Menurut Ledgerwood, temuan itu sudah membentuk basis untuk vaksin yang lebih ampuh, menggunakan virus dingin simpanse yang tidak berbahaya, yang sedang dalam pengujian di Amerika Serikat, Inggris, Mali, dan Uganda dalam respons terhadap wabah Ebola.