Jakarta (ANTARA News - Partai Golkar hasil Musyawarah Nasional Jakarta pimpinan Agung Laksono menginginkan islah visi dengan kepengurusan Golkar hasil Munas Bali sebelum melanjutkan penyelesaian dualisme kepemimpinan di partai ini.

"Kalau visi saya dibagi dua, islah visi terlebih dahulu baru islah personel. Islah visi itu menyamakan terlebih dahulu visinya (kubu Aburizal Bakrie)," kata anggota juru runding Golkar Munas Jakarta, Andi Mattalata di Gedung DPP Partai Golkar, Jakarta, Selasa.

Dia menjelaskan visi itu terkait mengenai bagaimana ide dengan Pemilu Presiden karena dia dulu menjabat penanggung jawab Golkar dalam amandemen Undang-Undang Dasar 1945.

Andi menegaskan Golkar yang memperjuangkan agar Pemilu Presiden dilakukan secara langsung sehingga saat ini jangan dibalik lagi dengan dikembalikan ke MPR.

"Lalu visi mengenai pengelolaan partai secara terbuka dan demokratis. Apabila visi itu sama baru kita mencari persamaan struktur (organisasi)," ujarnya.

Andi mengatakan Golkar sebagai partai tua seharusnya menjadi juru bangsa, pembimbing pemerintah dan dikelola secara terbuka dan demokratis. Dia membandingkan situasi pelaksanaan Munas di Jakarta dan di Bali, dia ingin masyarakat melihat Munas mana yang lebih demokratis dan terbuka.

"Anda bisa lihat situasi Munas di Bali bagaimana dan di Jakarta, mana yang demokratis?" kata dia.

Dia optimistis persoalan internal Golkar diselesaikan secara internal partai karena lebih baik daripada melalui jalur pengadilan. Menurut dia, penyelesaian melalui jalur pengadilan hanya akan melahirkan kawan dan lawan yang bertentangan dengan misi Golkar.

"Kalau dibawa ke pengadilan itu nanti ada kawan dan lawan, padahal misi kami adalah membangun Golkar agar bertahan kembali," katanya.

Dia menegaskan prinsip berunding adalah semua pihak harus senang sehingga hal itu yang ingin dicapai dalam pertemuan tersebut. Selain itu dia terbuka apabila ada usul pergantian pemimpin Golkar dari kalangan muda.

Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar pukul 15.45 WIB di DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta Barat. Juru runding kubu Agung Laksono yang datang adalah Andi Mattalata, Priyo Budi Santoso, Ibnu Munzir, Agun Gunandjar Sudarsa, dan Yorrys Raweyai.

Sementara itu juru runding dari kubu Aburizal adalah Syarif Cicip Sutardjo, M.S Hidayat, dan Theo L Sambuaga, Aziz Syamsuddin dan Freddy Latumahina.