Essebsi menang pemilihan presiden Tunisia
23 Desember 2014 00:17 WIB
Presiden Tunisia Beji Caid Essebsi membacakan sumpah jabatan di Majelis Konstituen, Tunis, Tunisia, Rabu (31/12). Politisi veteran Essebsi disumpah sebagai presiden Tunisia Rabu kemarin, menjadikannya presiden pertama yang dipilih secara demokratis sejak gerakan kebangkitan yang menggulingkan otokrat Zine El-Abidine Ben Ali. (REUTERS/Zoubeir Souissi )
Tunis (ANTARA News) - Politisi kawakan Beji Caid Essebsi menang dalam pemilihan presiden Tunisia, menurut hasil resmi pada Senin.
Tapi, kerusuhan pecah di kota di bagian selatan, dengan polisi menembakkan gas airmata untuk membubarkan ratusan pemuda, yang membakar ban dan menutup jalan untuk berunjuk rasa menentang kemenangan tersebut.
Essebsi mengalahkan pesaing dan pemimpin bertahan Moncef Marzouki dengan 55,68 persen suara melawan 44,32 persen, kata hasil tersebut.
Sebagai mantan pejabat di pemerintahan partai Ben Ali, ia mengubah diri menjadi teknokrat dan partai sekulernya, Panggilan Tunisia, mengambil keuntungan dari kemunduran pemerintah.
Unjuk rasa meletus di Hamma setelah Essebsi dinyatakan menang dalam putaran kedua pada Minggu.
"Ratusan pemuda, yang marah atas pernyataan kemenangan Essebsi, membakar ban di jalan kota itu, sementara Polisi menembakkan gas airmata dan menangkap beberapa pemuda," kata warga Hamma, Ammar Giloufi.
"Semua toko tutup. Mereka berteriak Tidak untuk penguasa lama," katanya.
Penduduk lain kepada Reuters menyatakan pengunjuk rasa berusaha menyerbu kantor polisi, tapi telah dipukul mundur oleh gas air mata. Pejabat polisi setempat belum dapat dihubungi.
(Uu.SYS/C/B002/A/M016)
Tapi, kerusuhan pecah di kota di bagian selatan, dengan polisi menembakkan gas airmata untuk membubarkan ratusan pemuda, yang membakar ban dan menutup jalan untuk berunjuk rasa menentang kemenangan tersebut.
Essebsi mengalahkan pesaing dan pemimpin bertahan Moncef Marzouki dengan 55,68 persen suara melawan 44,32 persen, kata hasil tersebut.
Sebagai mantan pejabat di pemerintahan partai Ben Ali, ia mengubah diri menjadi teknokrat dan partai sekulernya, Panggilan Tunisia, mengambil keuntungan dari kemunduran pemerintah.
Unjuk rasa meletus di Hamma setelah Essebsi dinyatakan menang dalam putaran kedua pada Minggu.
"Ratusan pemuda, yang marah atas pernyataan kemenangan Essebsi, membakar ban di jalan kota itu, sementara Polisi menembakkan gas airmata dan menangkap beberapa pemuda," kata warga Hamma, Ammar Giloufi.
"Semua toko tutup. Mereka berteriak Tidak untuk penguasa lama," katanya.
Penduduk lain kepada Reuters menyatakan pengunjuk rasa berusaha menyerbu kantor polisi, tapi telah dipukul mundur oleh gas air mata. Pejabat polisi setempat belum dapat dihubungi.
(Uu.SYS/C/B002/A/M016)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014
Tags: