Pemkot Kediri galakkan posyandu ternak
17 Desember 2014 17:06 WIB
Petugas bersiap menyuntikkan Vaksin Anthrax ke sapi di Desa Ketami, Kediri, JawaTimur, Rabu (17/12). Dinas Peternakan Kediri akan melakukan vaksinasi anthrax secara berkala di kandang sapi milik warga untuk menghindari dan mengantisipasi penyebaran virus anthrax di Kediri, menyusul belasan sapi di Kabupaten Blitar mati karena positif anthrax. (ANTARA FOTO/Rudi Mulya)
Kediri (ANTARA News) - Pemerintah Kota Kediri, Jawa Timur, menggalakkan program posyandu khusus untuk ternak, sebagai upaya mengantisipasi serangan penyakit termasuk penyakit antraks.
"Kami akan lakukan posyandu ternak di setiap kelurahan. Nanti akan keliling setiap bulan untuk pemeriksaan kesehatan ternak," kata Kepala Dinas Pertanian Kota Kediri Haris Candra Purnama di Kediri, Rabu.
Ia mengatakan, kegiatan posyandu khusus untuk hewan ternak itu sengaja dilakukan sebagai upaya mengantisipasi ternak dari serangan penyakit, khususnya antraks, menyusul temuan penyakit itu di Kabupaten Blitar. Nantinya, saat posyandu, ternak akan diberi vitamin serta diperiksa kesehatannya.
Pihaknya juga mengatakan, sebelumnya dari Dinas Peternakan Provinsi Jatim juga sudah memberikan instruksi agar setiap daerah bertindak mengantisipasi serangan penyakit pada ternak di daerahnya. Dan, di Kediri, akhirnya dilakukan posyandu keliling itu.
Untuk program itu, Haris mengatakan, akan melibatkan lima dokter hewan. Mereka akan berkeliling sesuai dengan jadwal yang sudah dibuat, memeriksa kesehatan hewan. Jika diketahui ada hewan yang sakit, akan langsung ditangani dan diberi obat.
Pihaknya juga mengungkapkan, jumlah dokter hewan yang diturunkan untuk program posyandu itu memang terbatas, hanya lima orang. Namun, ia menilai hal itu masih bisa mencukupi kebutuhan. Program itu pun juga dilakukan satu bulan sekali, sehingga bisa dijadwal.
Untuk vaksin, ia mengatakan tidak memberikan pada ternak di Kota Kediri, sebab vaksin hanya diberikan pada ternak yang berada di ring satu serta dua dari ternak yang terkena penyakit. Di Kabupaten Blitar, ternak yang diberi suntikan vaksin adalah berada di ring satu, yaitu Kecamatan Srengat, serta ring dua, dengan jarak 10 kilomter dari ring satu.
"Jika divaksin, justru bisa berbahaya bagi ternak yang berada di luar ring satu dan dua. Untuk itu, kami beri vitamin bukan vaksin," ujar Haris.
Jumlah ternak sapi di Kota Kediri mencapai 3.500 ekor sapi. Untuk pemberian vitamin akan diprioritaskan bagi ternak sapi, namun tidak menutup kemungkinan pemilik ternak kambing juga akan mendapatkan suntikan vitamin jika menginginkan.
Serangan antraks terjadi di Kabupaten Blitar, menimpa ternak milik Yudiono, warga Desa Kendalrejo, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar. 14 ekor sapi miliknya mati mendadak. Dari hasil uji laboratorium, ternyata ternak yang mati itu positif terkena antraks.
Akibat kejadian itu, ia menderita kerugian sampai ratusan juta. Bahkan, saat ini produksi susu dari ternaknya juga ditolak oleh KUD, sehingga sulit untuk menjual hasil susunya.
Penyakit antraks salah satu penyakit yang dikhawatirkan peternak. Antraks sudah dikenal di Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda, tepatnya pada tahun 1884 di daerah Teluk Betung.
Ribuan ternak mati terkena penyakit itu. Penyakit ini juga menjangkiti ternak di sejumlah daerah Indonesia. Selain menyerang ternak, penyakit ini juga bisa menular pada manusia, ketika orang tersebut membedah atau menyembelih hewan yang terinfeksi serta bisa ditularkan melalui produk-produk yang dihasilkan oleh hewan yang terinfeksi tersebut.
Penyakit Antraks disebut juga dengan Radang Kura, Radang Limpa, dengan gejala beragam. Untuk kulit, terjadi gatal dan rasa sakit yang menjadi vesikel berisi cairan kemerahan dan berubah menjadi kerak berwarna hitam. Gejala awal penyakit ini, di antaranya sakit perut yang hebat, muntah, tidak nafsu makan dan suhu tubuh meningkat, yang diikuti dengan diare akut sampai berdarah. Penderita penyakit ini bisa meninggal dunia, jika sudah parah.
(KR-DHS)
"Kami akan lakukan posyandu ternak di setiap kelurahan. Nanti akan keliling setiap bulan untuk pemeriksaan kesehatan ternak," kata Kepala Dinas Pertanian Kota Kediri Haris Candra Purnama di Kediri, Rabu.
Ia mengatakan, kegiatan posyandu khusus untuk hewan ternak itu sengaja dilakukan sebagai upaya mengantisipasi ternak dari serangan penyakit, khususnya antraks, menyusul temuan penyakit itu di Kabupaten Blitar. Nantinya, saat posyandu, ternak akan diberi vitamin serta diperiksa kesehatannya.
Pihaknya juga mengatakan, sebelumnya dari Dinas Peternakan Provinsi Jatim juga sudah memberikan instruksi agar setiap daerah bertindak mengantisipasi serangan penyakit pada ternak di daerahnya. Dan, di Kediri, akhirnya dilakukan posyandu keliling itu.
Untuk program itu, Haris mengatakan, akan melibatkan lima dokter hewan. Mereka akan berkeliling sesuai dengan jadwal yang sudah dibuat, memeriksa kesehatan hewan. Jika diketahui ada hewan yang sakit, akan langsung ditangani dan diberi obat.
Pihaknya juga mengungkapkan, jumlah dokter hewan yang diturunkan untuk program posyandu itu memang terbatas, hanya lima orang. Namun, ia menilai hal itu masih bisa mencukupi kebutuhan. Program itu pun juga dilakukan satu bulan sekali, sehingga bisa dijadwal.
Untuk vaksin, ia mengatakan tidak memberikan pada ternak di Kota Kediri, sebab vaksin hanya diberikan pada ternak yang berada di ring satu serta dua dari ternak yang terkena penyakit. Di Kabupaten Blitar, ternak yang diberi suntikan vaksin adalah berada di ring satu, yaitu Kecamatan Srengat, serta ring dua, dengan jarak 10 kilomter dari ring satu.
"Jika divaksin, justru bisa berbahaya bagi ternak yang berada di luar ring satu dan dua. Untuk itu, kami beri vitamin bukan vaksin," ujar Haris.
Jumlah ternak sapi di Kota Kediri mencapai 3.500 ekor sapi. Untuk pemberian vitamin akan diprioritaskan bagi ternak sapi, namun tidak menutup kemungkinan pemilik ternak kambing juga akan mendapatkan suntikan vitamin jika menginginkan.
Serangan antraks terjadi di Kabupaten Blitar, menimpa ternak milik Yudiono, warga Desa Kendalrejo, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar. 14 ekor sapi miliknya mati mendadak. Dari hasil uji laboratorium, ternyata ternak yang mati itu positif terkena antraks.
Akibat kejadian itu, ia menderita kerugian sampai ratusan juta. Bahkan, saat ini produksi susu dari ternaknya juga ditolak oleh KUD, sehingga sulit untuk menjual hasil susunya.
Penyakit antraks salah satu penyakit yang dikhawatirkan peternak. Antraks sudah dikenal di Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda, tepatnya pada tahun 1884 di daerah Teluk Betung.
Ribuan ternak mati terkena penyakit itu. Penyakit ini juga menjangkiti ternak di sejumlah daerah Indonesia. Selain menyerang ternak, penyakit ini juga bisa menular pada manusia, ketika orang tersebut membedah atau menyembelih hewan yang terinfeksi serta bisa ditularkan melalui produk-produk yang dihasilkan oleh hewan yang terinfeksi tersebut.
Penyakit Antraks disebut juga dengan Radang Kura, Radang Limpa, dengan gejala beragam. Untuk kulit, terjadi gatal dan rasa sakit yang menjadi vesikel berisi cairan kemerahan dan berubah menjadi kerak berwarna hitam. Gejala awal penyakit ini, di antaranya sakit perut yang hebat, muntah, tidak nafsu makan dan suhu tubuh meningkat, yang diikuti dengan diare akut sampai berdarah. Penderita penyakit ini bisa meninggal dunia, jika sudah parah.
(KR-DHS)
Pewarta: Destyan Hendri Sujarwoko
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014
Tags: