Surabaya (ANTARA News) - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto mengakui usia kilang minyak yang dimiliki perusahaan yang dipimpinnya sudah tua sehingga belum mampu menghasilkan premium dengan kadar oktan atau RON yang lebih bagus.

"Apalagi, premium dengan RON 88 sudah tidak direkomendasikan oleh pelaku perminyakan dunia untuk digunakan konsumen," ujarnya saat menjadi pembiacara kunci pada seminar nasional Asosiasi Program Magister Manajemen Indonesia (APMMI), di Surabaya, Sabtu.

Namun, jelas dia, masalah utama dalam produksi bensin dengan RON yang lebih bagus ada pada kilang minyak itu sendiri. Bahkan pihaknya menyadari bahwa kondisi kilang minyak Pertamina sudah ketinggalan zaman.

"Sementara itu, biaya perawatan salah satu infrastruktur itu sangat tinggi tapi hanya mampu memproduksi bensin berat atau nafta," katanya.

Di sisi lain, tambah dia, untuk menghasilkan RON 88 maka Pertamina harus mengimpor minyak dengan RON 92 sebagai adiktif. Khususnya untuk nafta agar bisa menghasilkan minyak dengan RON 88.

"Meski demikian, kami siap menjamin tak ada permainan politik dari proses pengolahan minyak mentah di kilang minyak tersebut," katanya.

Di samping itu, ia melanjutkan, pemberitaan yang ada saat ini justru memublikasikan bahwa Pertamina membeli RON 92 lalu diturunkan menjadi RON 88. Oleh sebab itu pihaknya sudah bekerja sama dengan tiga perusahaan minyak dan gas global.

"Upaya kerja sama itu memiliki tujuan untuk membangun kilang baru," katanya.

Ia berharap, keberadaan kilang minyak baru pada masa mendatang bisa menjadi solusi dan menepis seluruh anggapan negatif masyarakat terhadap Pertamina.