Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah mempertimbangkan untuk memberikan subsidi bagi pengadaan bahan bakar nabati (BBN) atau biofuel. Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro di Jakarta, Selasa mengatakan, pemberian subsidi itu dimungkinkan apabila subsidi yang diberikan ke BBN lebih rendah dibandingkan bahan bakar minyak (BBM). "Filosofi yang kita pakai sama dengan pemberian subsidi elpiji dalam program konversi minyak tanah ke elpiji," katanya. Melalui program konversi minyak tanah ke elpiji itu maka nilai subsidi yang diberikan ke elpiji jauh lebih rendah dibandingkan minyak tanah. Namun, lanjut Purnomo, pemberian subsidi BBN tersebut harus melalui pembahasan dengan Komisi VII DPR. Mekanisme pemberian subsidi BBN bisa dilakukan sama dengan BBM yakni menggunakan sistem Mid Oil Platts Singapore (MOPS) ditambah alpha yakni biaya distribusi dan marjin. Pada tahun anggaran 2007, pemerintah telah menyediakan subsidi pengembangan BBN yang diberikan dalam bentuk subsidi bunga kredit dengan nilai Rp1 triliun. Purnomo juga mengatakan, program pengurangan subsidi tidak dilakukan dengan menaikkan harga BBM, namun mengurangi volumenya dan menggantikannya dengan energi baru dan terbarukan. "Kebijakan kita adalah tidak akan menaikkan harga BBM lagi, tapi mengurangi volume BBM yang diganti dengan energi baru dan terbarukan seperti elpiji, BBN, panas bumi, air, dan CBM (gas metana batubara)," ujarnya. Purnomo mengatakan, tahun ini, nilai subsidi BBM dan listrik mencapai Rp85 triliun yang terdiri dari BBM Rp60 triliun dan listrik Rp25 triliun. "Kita memang menyetor Rp125 triliun dari pendapatan migas dan tambang, namun kita menerima subsidi paling besar yakni Rp85 triliun yang terdiri dari BBM Rp60 triliun dan listrik Rp25 triliun atau bersihnya bisa mencapai Rp100 triliun," katanya.(*)