Jakarta (ANTARA News) - Palang Merah Indonesia menjalin kerja sama dengan Markas Besar TNI dalam rangka penanggulangan bencana alam, pelayanan donor darah, pelayanan kesehatan, dan tugas kemanusiaan lain.

Penandatanganan nota kesepahaman itu dilakukan Ketua Umum PMI yang sekaligus Wakil Presiden, Jusuf Kalla, dan Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko, di GOR Ahmad Yani, Markas Besar TNI, di Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis.

Moeldoko mengatakan, sudah sejak lama TNI peduli terhadap penanggulangan bencana dan kegiatan donor darah.

"Hal ini telah kami buktikan dengan aksi donor darah 78.237 prajurit TNI pada HUT TNI yang lalu, meskipun hanya 69.330 prajurit yang bisa mendonorkan darahnya karena kekurangan kantong darah," kata dia.

Moeldoko mengatakan, TNI berada di luar paradoks yang mengatakan, tentara itu hanya bisa menumpahkan darah, tetapi TNI adalah prajurit yang rela meneteskan darahnya untuk menegakkan kedaulatan dan membantu kemanusiaan melalui donor darah.

"Bukan bermaksud mencari penghargaan, namun atas dasar moral, nurani dan keikhlasan kami melakukan donor darah," tuturnya.

Pada sisi lain, dalam perspektif keamanan dan pertahanan kiranya substansi kerja sama TNI-PMI perlu dikembangkan pada konteks bela negara dan membangun semangat kebangsaan melalui upaya menghidupkan kembali Palang Merah Remaja, yang dapat disinergikan dengan program pembinaan teritorial komando kewilayahan TNI.

Di samping itu, kata Moeldoko, PMI juga bisa menjadi sistem peringatan dini dalam mencegah wabah penyakit yang mematikan, di antaranya ebola, MERS, dan lain-lain.

"Hal ini untuk mengantisipasi terhadap kecenderungan proliferasi senjata biologi, baik Indonesia sebagai jalur perlintasan atau Indonesia sebagai sasaran untuk melemahkan atau menghancurkan negara," kata dia.

Masa berlaku nota kesepahaman ini berlaku untuk jangka waktu lima tahun dan dapat diperpanjang berdasarkan kesepakatan.

Kalla menyampaikan terima kasih atas penandatanganan kerja sama antara TNI dan PMI. Kerja sama ini melanjutkan kerja sama sebelumnya, seperti donor darah dan tugas kemanusiaan lainnya.

Kalla mengatakan, mendonorkan darah bukan hanya masalah kemanusiaan, namun donor darah menjadi bukti untuk kesehatan sang pendonor.

"Seseorang yang akan mendonorkan darahnya harus dilihat dulu. Kalau lolos berarti tidak terlibat HIV, AIDS, hepatitis, atau bahkan sifilis," kata Kalla.

Darah dari anggota TNI itu akan dicek di laboratorium PMI, jika bermasalah maka darahnya akan dibuang. PMI kemudian memberitahukan ke atasan anggota TNI yang kesehatannya bermasalah itu untuk ditindak lanjuti. Kalla tidak menjelaskan jumlah sumbangan darah yang dibuang.

Sumbangan darah dari TNI itu, bisa memenuhi kebutuhan stok darah untuk Indonesia setidaknya selama dua bulan.

Kalla mengatakan ke depannya, PMI masih membutuhkan banyak darah, dan kebutuhan darah di Indonesia akan terus meningkat seiring dinamika.

"Apalagi jumlah orang yang sakit bertambah, transfusi darah makin banyak dan kecelakaan makin banyak, jumlah kebutuhan akan meningkat," ujarnya.