Jakarta (ANTARA News) - Satu penelitian yang dikerjakan seorang profesor ilmu politik dari Ohio, Amerika Serikat, telah membidik lebih dalam bagaimana keyakinan relijius seseorang bisa mempengaruhi opini pribadi mengenai eksplorasi angkasa luar.

Asisten profesor ilmu politik Universitas Dayton, Joshua Ambrosius, menggunakan data dari General Social Survey dan tiga survei Pew untuk membandingkan pengetahuan, minat dan sokongan terhadap eksplorasi ruang angkasa di antara penganut Katolik, Evangelilis, Protestan, Yahudi, agama-agama Timur, dan yang tidak beragama.

Penelitiannya yang berjudul "Pemisahan Gereja dan Ruang Angkasa: Pengaruh Agama terhadap Sokongan pada Kebijakan Eksplorasi Ruang Angkasa" belum lama ini dipresentasikan pada konferensi Masyarakat Studi Ilmiah Agama di Indianapolis.

Yang mengagetkan, Ambrosius mendapati bahwa agama Yahudi dan agama-agama Timur (mungkin Islam salah satu yang dimaksud peneliti) adalah agama yang paling memberikan perhatian dan dukungan untuk eksplorasi ruang angkasa, sedangkan Evangelis menjadi yang paling kurang mendukung eksplorasi ruang angkasa.

Sang peneliti juga mendapati fakta jemaat gereja akan mempunyai pandangan yang lebih positif pada eksplorasi ruang angka, jika para rohaniawan menyokong sains.

Menurut Ambrosius, generasi muda masa kini, Generasi X dan kaum millennial (yang lahir pada awal 1980an dan melinium baru tahun 2000-an), kurang begitu tertarik pada eksplorasi ruang angkasa ketimbang generasi baby boomer (lahir setelah Perang Dunia II).

"Penemuan ini, jika merefleksikan realitas, adalah kecenderungan yang disayangkan. Ini menandakan ada komunitas ruang angkasa perlu mendidik dan menghibur kaum muda demi membangun konstituensi jangka panjang dalam mempromosikan dan melakukan eksplorasi ruang angkasa di masa depan," kata Ambrosius.

Ambrosius menggarisbawahi bahwa swastanisasi eksplorasi ruang angkasa dianggap bisa mengubah sentimen menjadi lebih baik, apalagi bagi kaum yang punya sentimen antipemerintah. "Riset selanjutnya mesti mengungkap kemungkinan ini," kata dia.

Dia berkata, "Penelitian ini mendapati bukti bahwa agama mempertajam ruang dan prilaku kebijakan mengenai ruang, sekalipun dampak signifikan diredam atau dihilangkan begitu faktor-faktor sosio-demografis seperti pendidikan, dibuat konstan."

"Intinya, penelitian ini menunjukkan bahwa studi lebih jauh mesti ditempuh untuk menguji pengaruh agama terhadap prilaku eksplorasi ruang angkasa, dan pada akhirnya, guna menaksir peran agama dalam masa ramah antariksa kita," jelas Ambrosius.

"Akhirnya, agama mesti memastikan kelestariannya dengan merangkul ruang angkasa," tutup Ambrosius seperti dikutip space.com.