Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah di pasar uang spot antarbank Jakarta, Senin sore, menguat 55 poin menjadi 12.300 per dolar AS dari 12.355 per dolar AS.

"Sebagian pelaku pasar uang diperkirakan sedang mengambil posisi ambil untung dengan melepas dolar AS setelah mengalami penguatan cukup tinggi, kondisi itu membuat rupiah kembali berada di area positif," ujar Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova di Jakarta, Selasa.

Kendati demikian, menurut dia, penguatan rupiah diperkirakan hanya berjangka pendek di tengah sentimen negatif yang menyelimuti di dalam negeri seperti menurunnya cadangan devisa Indonesia menjadi 111,14 miliar dolar AS per akhir November 2014 dari 111,97 miliar dolar AS dari bulan sebelumnya.

Selain itu, lanjut dia, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2015 yang dipangkas oleh Bank Dunia menjadi 5,2 persen, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya 5,6 persen juga akan membayangi laju rupiah kedepannya.

Di sisi lain, Rully Nova mengatakan bahwa ekspektasi inflasi yang masih tinggi ke depannya akibat dampak dari penaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi masih membayangi rupiah.

"Bank Indonesia masih memiliki ruang untuk menaikan suku bunga acuan (BI rate) untuk menjaga inflasi agar tidak terlalu tinggi sehingga rupiah bisa bergerak stabil," katanya.

Sementara itu, Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan bahwa Bank Indonesia cukup aktif melakukan intervensi di tengah kondisi kurs rupiah yang cenderung berada dalam area tekanan.

"Bank Indonesia menyatakan terus melakukan intervensi di pasar valas dan terlihat bahwa intensitasnya semakin besar dari periode normal, kondisi itu membuat rupiah naik," katanya.

Sementara menurut kurs tengah Bank Indonesia, rupiah berada pada 12.347, menguat dibanding sebelumnya yang 12.252 per dolar AS.