NTB defisit listrik akibat PLTU belum beroperasi
9 Desember 2014 19:08 WIB
PLTU Taman Jeranjang Petugas PT PLN (Persero) melakukan pemeriksaan rutin di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Taman Jeranjang. Lombok, NTB, Senin (8/12). PLTU Taman Jeranjang yang memiliki kapasitas 1 x 25 MW dan 2 x 25 MW ini merupakan pembangkit listrik berbahan bakar batubara pertama di NTB yang memanfaatkan batubara jenis Low Rank Coal. (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)
Mataram (ANTARA News) - Sistem kelistrikan wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) mengalami defisit daya hingga 22 megawatt (MW) saat beban puncak akibat tertundanya pengoperasian PLTU Jeranjang Unit 1 dan 2 yang berkapasitas 2x25 MW tahun ini.
"PLTU Jeranjang 1 dan 2 gagal beroperasi tahun ini karena kontraktor kesulitan finansial. Akibatnya defisit daya masih terjadi pada sistem kelistrikan di NTB," kata General Manager PLN Wilayah NTB, Dwi Kusnanto saat menerima kunjungan wartawan di Mataram, Nusa Tenggara Barat, kemarin.
Ia mengatakan, total daya terpasang PLN Wilayah NTB saat ini 238 MW sedangkan konsumsi listrik saat beban puncak (pukul 18.00-22.00) mencapai 260 MW sehingga terjadi defisit 22 MW.
Dikatakannya, penambahan kapasitas daya terpasang pembangkit PLN Wilayah NTB memang kalah cepat dibandingkan dengan pertumbuhan permintaan energi listriknya.
Permintaan listrik di provinsi ini sangat pesat rata-rata kenaikan per tahunnya di atas pertumbuhan ekonomi nasional, termasuk untuk tahun ini yang naik sekitar 9,6 persen.
"Harus diakui kami kurang cepat mengantisipasi pertumbuhan permintaan listrik ini," kata Dwi Kusnanto yang baru menjabat sebagai pemimpin PLN Wilayah NTB awal Desember ini.
Dengan kondisi defisit, PLN wilayah NTB terpaksa melakukan pemadaman bergilir kepada para pelanggan. Selain itu bagi pelanggan industri dan bisnis seperti hotel, perkantoran dan pertokoan, yang punya mesin pembangkitan sendiri, diminta mengoperasikan pembangkitnya pada saat beban puncak.
Dwi Kusnanto juga meminta setiap pelanggan PLN di wilayah NTB yang mencapai 926 ribu menghemat daya sebesar 100 watt saat pukul 18.00-22.00 WITA.
Ia mengharapkan masalah defisit daya listrik bisa segera diatasi dengan mempercepat pembangunan sejumlah pembangkit baru. Porsi pembangkit BBM yang saat ini masih 80 persen secara bertahap juga akan dikurangi dengan fokus dalam pengembangan pembangkit hidro dan tenaga surya.
Sementara di tempat yang sama, Manager Unit pelaksana Kontruksi II PLN Lombok, Totok Haryanto mengatakan pihaknya sudah menyampaikan permasalahan PLTU Jeranjang 1 dan 2 ke PLN pusat. "Mudah-mudahan masalahnya bisa segera diatasi sehingga di NTB tidak terjadi defisit daya lagi," katanya.
"PLTU Jeranjang 1 dan 2 gagal beroperasi tahun ini karena kontraktor kesulitan finansial. Akibatnya defisit daya masih terjadi pada sistem kelistrikan di NTB," kata General Manager PLN Wilayah NTB, Dwi Kusnanto saat menerima kunjungan wartawan di Mataram, Nusa Tenggara Barat, kemarin.
Ia mengatakan, total daya terpasang PLN Wilayah NTB saat ini 238 MW sedangkan konsumsi listrik saat beban puncak (pukul 18.00-22.00) mencapai 260 MW sehingga terjadi defisit 22 MW.
Dikatakannya, penambahan kapasitas daya terpasang pembangkit PLN Wilayah NTB memang kalah cepat dibandingkan dengan pertumbuhan permintaan energi listriknya.
Permintaan listrik di provinsi ini sangat pesat rata-rata kenaikan per tahunnya di atas pertumbuhan ekonomi nasional, termasuk untuk tahun ini yang naik sekitar 9,6 persen.
"Harus diakui kami kurang cepat mengantisipasi pertumbuhan permintaan listrik ini," kata Dwi Kusnanto yang baru menjabat sebagai pemimpin PLN Wilayah NTB awal Desember ini.
Dengan kondisi defisit, PLN wilayah NTB terpaksa melakukan pemadaman bergilir kepada para pelanggan. Selain itu bagi pelanggan industri dan bisnis seperti hotel, perkantoran dan pertokoan, yang punya mesin pembangkitan sendiri, diminta mengoperasikan pembangkitnya pada saat beban puncak.
Dwi Kusnanto juga meminta setiap pelanggan PLN di wilayah NTB yang mencapai 926 ribu menghemat daya sebesar 100 watt saat pukul 18.00-22.00 WITA.
Ia mengharapkan masalah defisit daya listrik bisa segera diatasi dengan mempercepat pembangunan sejumlah pembangkit baru. Porsi pembangkit BBM yang saat ini masih 80 persen secara bertahap juga akan dikurangi dengan fokus dalam pengembangan pembangkit hidro dan tenaga surya.
Sementara di tempat yang sama, Manager Unit pelaksana Kontruksi II PLN Lombok, Totok Haryanto mengatakan pihaknya sudah menyampaikan permasalahan PLTU Jeranjang 1 dan 2 ke PLN pusat. "Mudah-mudahan masalahnya bisa segera diatasi sehingga di NTB tidak terjadi defisit daya lagi," katanya.
Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014
Tags: