Ilmuwan temukan mekanisme di balik rakus glukosa
9 Desember 2014 15:40 WIB
Pekerja melakukan menyelesaikan pembuatan bolu cokelat di Dapur Cokelat Menteng, Jakarta, Selasa (7/2). Permintaan coklat di gerai itu meningkat 30 persen menjelang perayaan Valentine.(FOTO ANTARA/Rosa Panggabean)
London (ANTARA News) - Ilmuwan Inggris menemukan mekanisme otak yang menurut mereka mendorong keinginan untuk mengonsumsi makanan kaya gula dan menyatakan penemuan mereka suatu hari bisa mengarah ke penanganan obesitas yang lebih baik.
Dalam percobaan menggunakan tikus, para peneliti di Imperial College London menemukan satu mekanisme yang tampaknya untuk mengindera seberapa banyak glukosa mencapai otak dan memicu binatang itu mencari lebih banyak jika mendeteksi kekurangan.
Pada manusia, para ilmuwan mengatakan, itu mungkin berperan dalam mendorong kesukaan kita pada makanan manis dan bertepung.
Glukosa, komponen dari karbohidrat, adalah sumber energi utama yang digunakan oleh sel-sel otak.
"Otak kita sangat bergantung pada glukosa untuk energi," kata James Gardiner, yang memimpin studi dan mempublikasikan temuan di Journal of Clinical Investigation pada Senin (8/12).
"Jadi kita punya preferensi yang mengakar dalam pada makanan kaya glukosa dan mencarinya," katanya.
Tim Gardiner memulai dengan hipotesis bahwa enzim glucokinase yang terlibat dalam penginderaan glukosa dalam hati dan pankreas mungkin berperan dalam mendorong keinginan pada glukosa.
Glucokinase ditemukan dalam bagian otak yang disebut hypothalamus, yang mengatur beragam fungsi termasuk asupan makanan.
Dalam percobaan mereka pertama menemukan bahwa ketika tikus selama 24 jam tanpa makan, aktivitas glucokinase dalam pusat pengatur nafsu makan di hypothalamus meningkat tajam.
Tikus-tikus diberi akses ke cairan glukosa dan pellet makanan.
Ketika para peneliti meningkatkan aktivitas glucokinase di hypothalamus menggunakan virus, tikus-tikus mengonsumsi lebih banyak glukosa dalam makanan pellet. Ketika aktivitasnya dikurangi, mereka mengonsumsi lebih sedikit glukosa.
Gardiner menduga pada manusia mungkin pengurangan hasrat pada glukosa bisa dilakukan dengan mengubah diet, dan mengatakan obat yang bisa mempengaruhi sistem ini berpotensi mencegah obesitas.
"Manusia cenderung punya tingkat enzim yang berbeda, jadi hal yang berbeda akan bekerja pada orang yang berbeda," katanya tentang hasil studi itu.
"Untuk sebagian orang, makan makanan lebih bertepung saat awal makan bisa menjadi cara untuk cepat merasa kenyang dengan menyasar sistem, artinya mereka makan lebih sedikit secara keseluruhan," katanya seperti dilansir kantor berita Reuters.
Dalam percobaan menggunakan tikus, para peneliti di Imperial College London menemukan satu mekanisme yang tampaknya untuk mengindera seberapa banyak glukosa mencapai otak dan memicu binatang itu mencari lebih banyak jika mendeteksi kekurangan.
Pada manusia, para ilmuwan mengatakan, itu mungkin berperan dalam mendorong kesukaan kita pada makanan manis dan bertepung.
Glukosa, komponen dari karbohidrat, adalah sumber energi utama yang digunakan oleh sel-sel otak.
"Otak kita sangat bergantung pada glukosa untuk energi," kata James Gardiner, yang memimpin studi dan mempublikasikan temuan di Journal of Clinical Investigation pada Senin (8/12).
"Jadi kita punya preferensi yang mengakar dalam pada makanan kaya glukosa dan mencarinya," katanya.
Tim Gardiner memulai dengan hipotesis bahwa enzim glucokinase yang terlibat dalam penginderaan glukosa dalam hati dan pankreas mungkin berperan dalam mendorong keinginan pada glukosa.
Glucokinase ditemukan dalam bagian otak yang disebut hypothalamus, yang mengatur beragam fungsi termasuk asupan makanan.
Dalam percobaan mereka pertama menemukan bahwa ketika tikus selama 24 jam tanpa makan, aktivitas glucokinase dalam pusat pengatur nafsu makan di hypothalamus meningkat tajam.
Tikus-tikus diberi akses ke cairan glukosa dan pellet makanan.
Ketika para peneliti meningkatkan aktivitas glucokinase di hypothalamus menggunakan virus, tikus-tikus mengonsumsi lebih banyak glukosa dalam makanan pellet. Ketika aktivitasnya dikurangi, mereka mengonsumsi lebih sedikit glukosa.
Gardiner menduga pada manusia mungkin pengurangan hasrat pada glukosa bisa dilakukan dengan mengubah diet, dan mengatakan obat yang bisa mempengaruhi sistem ini berpotensi mencegah obesitas.
"Manusia cenderung punya tingkat enzim yang berbeda, jadi hal yang berbeda akan bekerja pada orang yang berbeda," katanya tentang hasil studi itu.
"Untuk sebagian orang, makan makanan lebih bertepung saat awal makan bisa menjadi cara untuk cepat merasa kenyang dengan menyasar sistem, artinya mereka makan lebih sedikit secara keseluruhan," katanya seperti dilansir kantor berita Reuters.
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014
Tags: