Jakarta (ANTARA News) - Kantor PBB Urusan Narkoba dan Kejahatan (UN Office on Drugs and Crime/UNODC) melaporkan terjadi peningkatan produksi opium tiga kali lipat sejak 2006 di kawasan Segitiga Emas atau bagian utara Asia Tenggara dan dikhawatirkan mengganggu stabilitas dan penegakan hukum kawasan.

Regional Representative untuk UNODC Asia Tenggara dan Pasifik Jeremy Douglas dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa, mengatakan permintaan regional yang tinggi atas heroin memberikan insentif keuntungan bagi kelompok kejahatan transnasional terorganisir.

Bukan hanya dengan membawa kimia yang dibutuhkan untuk menghasilkan heroin, tapi lebih khusus dengan memperdagangkan dan mendistribusikan narkotika tersebut ke pasar di Tiongkok, Asia Tenggara, dan bagian dunia lain.

Dalam laporan UNODC berjudul Southeast Asia Opium Survey 2014--Lao PDR and Myanmar, disebutkan Myanmar tetap merupakan produsen opium terbesar di Asia Tenggara dan terbesar kedua setelah Afghanistan.

Jika diestimasi, menurut Douglas, Myanmar dan Laos dapat memproduksi 762 ton (mt) opium yang sebagian besar telah dimurnikan menjadi 76 mt heroin dengan diproses menggunakan bahan kimia prekursor seperti acetyl anhydride. Hasilnya kemudian diperdagangkan di negara-negara tetangga dan keluar wilayah Asia Tenggara.

Pembudidayaan bunga candu opium di Myanmar dan Laos meningkat hingga 63,800 hektare (ha) pada 2014 dibandingkan 61,200 ha pada 2013. Menurut dia, kondisi ini menandai peningkatan selama delapan tahun berturut-turut dan panen yang mencapai hampir tiga kali lipat sejak tahun 2006.

Provinsi Shan di bagian utara Myanmar yang menjadi tuan rumah atas sejumlah wilayah konflik dan kelompok pemberontak, katanya, tetap menjadi pusat kegiatan opium dan heroin Myanmar sehingga berkontribusi sebanyak 89 persen pembudidayaan bunga candu opium di wilayah Segitiga Emas.

UNODC juga memperingatkan bahwa bisnis dan perdagangan opium mengancam tujuan baik integrasi regional dan rencana pembangunan.

"Kita perlu bertindak. Segitiga Emas merupakan pusat geografis dari Sub-wilayah Besar Mekong, dan rencana untuk mengembangkan hubungan transportasi dan melonggarkan rintangan perdagangan dan pengendalian perbatasan sudah dilaksanan, termasuk di sekitar wilayah produksi opium membuat jaringan terorganisir memperoleh keuntungan dari perdagangan narkotika di Asia Tenggara," kata Douglas.

Sementara itu, Country Manager UNODC untuk Laos Cheikh Toure mengatakan survei di Laos mengkonfirmasi adanya pembudidayaan bunga candu opium di tiga provinsi di bagian utara yaitu Phongsali, Xiangkhoang, dan Houaphan.

Hasil survei tersebut juga menunjukkan keterkaitan kondisi ekonomi terhadap para petani yang tinggal di desa-desa penanam opium menunjukkan bahwa uang yang dihasilkan dari pembudidayaan bunga candu tersebut sangat esensial untuk penduduk desa yang terancam dari kekurangan pangan dan kemiskinan.

"Hubungan antara kemiskinan, kurangnya pilihan dan kesempatan ekonomi alternatif dengan pembudidayaan bunga candu sangat jelas," katanya.

Menurut dia, para petani opium tersebut bukan orang jahat. Mereka hanya orang miskin, yang kekurangan pangan, tinggal jauh dari pusat kota dan pasar di mana mereka dapat menjual produknya.