New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia anjlok lebih dari empat persen pada Senin (Selasa pagi WIB) ke posisi terendah baru dalam lima tahun terakhir, di tengah meningkatnya kekhawatiran kelebihan pasokan karena pertumbuhan ekonomi global melambat.

Kontrak berjangka utama AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari, merosot 2,79 dolar AS menjadi 63,05 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange sehingga menjadi penutupan terendah sejak akhir Juli 2009.

Patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Januari ditutup pada 66,19 dolar AS per barel di perdagangan London, yang merupakan penutupan terendah sejak September 2009, atau berkurang 2,88 dolar AS.

Kedua kontrak jatuh 4,2 persen.

"Pasar minyak global memperpanjang tren penurunan harga mereka karena meluasnya pengakuan bahwa tidak akan ada penyesuaian kembali (rebalancing) dengan cepat dari pasar fisik," kata Tim Evans dari Citi Futures.

Harga minyak telah turun drastis dari posisi tertingginya 2014 pada Juni karena perlambatan pertumbuhan di Tiongkok dan negara-negara berkembang, resesi di Jepang dan hampir terhentinya pertumbuhan ekonomi di zona euro. Keputusan OPEC baru-baru ini untuk mempertahankan produksinya meskipun pasokan global cukup membuat membebani pasar.

Pada Senin, para pedagang tertekan data ekonomi dari Tiongkok (konsumen energi terbesar di dunia dan ekonomi terbesar kedua) serta Jepang, yang mengecewakan.

Pertumbuhan ekspor Tiongkok melambat tajam pada November dan impor secara mengejutkan mengalami kontraksi.

"Data ekspor yang lemah memperkuat ekspektasi pasar untuk pelonggaran kebijakan oleh Beijing," analis Central China Securities Zhang Gang mengatakan kepada AFP.

Resesi Jepang yang lebih dalam dari perkiraan sebelumnya, karena pemerintah merevisi kontraksi kuartal ketiga menjadi 0,5 persen dari 0,4 persen.

Analis Commerzbank dalam sebuah catatan pasar menyebutkan kelebihan pasokan minyak yang besar sulit dapat terserap dalam kuartal pertama dan kedua tahun depan.

Bank investasi Morgan Stanley, dalam sebuah catatan penelitian tentang prospek minyak mentahnya memproyeksikan bahwa situasi kelebihan pasokan pasar akan mencapai puncaknya pada kuartal kedua
2015 jika OPEC tidak melakukan intervensi untuk mengencangkan produksinya.

Bank memprediksi harga masih akan jatuh hingga paruh pertama tahun depan.

(Penerjemah: Apep Suhendar)