Agung tutup Munas IX Golkar Jakarta
8 Desember 2014 13:32 WIB
Ketua umum Partai Golkar versi Munas Ancol Agung Laksono berpidato saat penutupan Musyawarah Nasional IX Partai Golkar di Ancol, Jakarta, Senin (8/12). (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Partai Golkar versi Munas IX Jakarta Agung Laksono menutup Munas IX dan meminta pendukungnya siap melaksanakan amanah partai.
"Dengan mengucap Alhamdulillah, Munas IX Partai Golkar secara resmi ditutup," kata Agung di Munas IX Golkar, di Hotel Mercure, Jakarta, Senin.
Agung mengatakan selama dirinya berada di Golkar sejak tahun 1974, baru pada Munas IX terjadi intimidasi terhadap peserta, pemimpin, dan peninjau.
Namun dia yakin guncangan terhadap partainya itu akan berlalu dan Golkar akan tetap tegak berdiri.
"Kami pahami ancaman-ancaman itu dilontarkan sebagai say war. Sebenarnya yang hadir 328 orang (pemilik suara) namun karena ada serangan melalui pesan singkat dan telepon sehingga jumlahnya menyusut," ujarnya.
Dia mengatakan kehadiran 500 orang peserta dari seluruh daerah, provinsi dan kabupaten/ kota merupakan hal yang tidak mudah. Terutama menurut dia, terkait persiapan Munas IX Jakarta yang relatif singkat yaitu hanya dua hari sejak diputuskan dibutuhkannya percapatan penyelenggaraan munas.
"Saya menyampaikan permintaan maaf apabila penyelenggaraannya tidak berkenan. Karena Munas ini dilakukan dalam persiapan yang singkat, yaitu hanya dua hari sejak diputuskan dibutuhkannya percepatan munas," katanya.
Agung mengklaim pelaksanaan Munas IX Jakarta jauh lebih demokratis dibandingkan Munas IX Bali. Hal itu menurut dia ditunjukkan dengan pemilihan Ketua Umum yang berlangsung secara terbuka pada Minggu (7/12) malam.
"Munas ini jauh lebih ramai dari Munas Bali karena disini tidak ada yang ditutupi dan tidak ada agenda tersembunyi," katanya.
Dia menegaskan dengan semangat keterbukaan itu, Golkar telah menunjukkan pada publik bahwa partai tersebut mampu menjalankan praktek demokrasi.
Selain itu Agung berharap para kader dan pengurus partai langsung bekerja serta menyelesaikan permasalahan dengan Golkar versi Aburizal Bakrie.
"Kita harus selesaikan laporan ke Kementerian Hukum dan HAM segera setelah acara Munas IX Jakarta berakhir," katanya.
"Dengan mengucap Alhamdulillah, Munas IX Partai Golkar secara resmi ditutup," kata Agung di Munas IX Golkar, di Hotel Mercure, Jakarta, Senin.
Agung mengatakan selama dirinya berada di Golkar sejak tahun 1974, baru pada Munas IX terjadi intimidasi terhadap peserta, pemimpin, dan peninjau.
Namun dia yakin guncangan terhadap partainya itu akan berlalu dan Golkar akan tetap tegak berdiri.
"Kami pahami ancaman-ancaman itu dilontarkan sebagai say war. Sebenarnya yang hadir 328 orang (pemilik suara) namun karena ada serangan melalui pesan singkat dan telepon sehingga jumlahnya menyusut," ujarnya.
Dia mengatakan kehadiran 500 orang peserta dari seluruh daerah, provinsi dan kabupaten/ kota merupakan hal yang tidak mudah. Terutama menurut dia, terkait persiapan Munas IX Jakarta yang relatif singkat yaitu hanya dua hari sejak diputuskan dibutuhkannya percapatan penyelenggaraan munas.
"Saya menyampaikan permintaan maaf apabila penyelenggaraannya tidak berkenan. Karena Munas ini dilakukan dalam persiapan yang singkat, yaitu hanya dua hari sejak diputuskan dibutuhkannya percepatan munas," katanya.
Agung mengklaim pelaksanaan Munas IX Jakarta jauh lebih demokratis dibandingkan Munas IX Bali. Hal itu menurut dia ditunjukkan dengan pemilihan Ketua Umum yang berlangsung secara terbuka pada Minggu (7/12) malam.
"Munas ini jauh lebih ramai dari Munas Bali karena disini tidak ada yang ditutupi dan tidak ada agenda tersembunyi," katanya.
Dia menegaskan dengan semangat keterbukaan itu, Golkar telah menunjukkan pada publik bahwa partai tersebut mampu menjalankan praktek demokrasi.
Selain itu Agung berharap para kader dan pengurus partai langsung bekerja serta menyelesaikan permasalahan dengan Golkar versi Aburizal Bakrie.
"Kita harus selesaikan laporan ke Kementerian Hukum dan HAM segera setelah acara Munas IX Jakarta berakhir," katanya.
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014
Tags: