Petani Temanggung kesulitan dapatkan pupuk
7 Desember 2014 17:13 WIB
ilustrasi Pupuk Urea Langka Petani menabur pupuk organik pada tanaman padi yang baru berumur satu pekan, di Desa Tanjung, Pademawu, Pamekasan, Jatim, Sabtu (4/1). . (ANTARA FOTO/Saiful Bahri)
Temanggung (ANTARA News) - Kalangan petani di Temanggung, Jawa Tengah, mengeluhkan kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi karena kuota pembelian dibatasi.
Petani warga Tegal Krajan Kelurahan Tlogorejo, Kecamatan Temanggung, Dirjo di Temanggung, Minggu, mengatakan meskipun pupuk bersubsidi tidak menghilang dari pasaran, pembeliannya dibatasi.
Ia menuturkan jika sebelumnya para petani dengan mudah mendapatkan kuota pembelian pupuk hingga lima kuintal, kini pembelian dibatasi hanya dua kuintal.
Ia mengatakan akibat berkurangnya jumlah pupuk yang mereka dapatkan, kualitas tanaman padi yang mereka tanam juga menurun.
"Kondisi tersebut dikeluhkan banyak petani karena dengan memiliki pupuk sedikit maka kami juga memberikan pupuk ke tanaman padi sedikit pula. Akibatnya tanaman padi kami kurang berbobot, isi bulir berasnya kurang padat, sehingga jumlah yang didapat juga berkurang," katanya.
Sekain itu, dia juga mengeluhkan pembelian pupuk bersubsidi hanya dapat diperoleh di satu kios yang telah ditunjuk oleh gapoktan.
"Apa pun yang terjadi di kios tersebut, para petani hanya bisa menuruti saja tanpa bisa mencari alternatif tempat pembelian lain.
Penjual pupuk urea di salah satu kios di Pasar Kliwon Rejo Amertani, Sri Arif Wijayanto membantah kalau petani kesulitan mendapatkan pupuk urea bersubsidi.
Ia mengatakan, pupuk urea bersubsidi tersedia cukup. Dia menduga masih banyak petani yang tidak tahu secara persis prosedur pembelian pupuk bersubsidi.
"Di kios kami pasokan pupuk lancar tanpa adanya kendala distribusi," katanya.
Ia menduga petani yang merasa kesulitan mendapat pupuk kemungkinan bukan anggota gabungan kelompok tani (Gapoktan). Padahal, untuk mendapatkan pupuk subsidi tersebut mekanismenya harus melalui rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK).
"Tidak ada masalah sebenarnya, hanya memang harus melalui mekanisme RDKK. Jadi kami juga mengutamakan penjualan kepada kelompok tani yang kami bina, meskipun tidak menutup kemungkinan menjual kepada mereka yang tidak masuk anggota gapoktan. Kami juga sanggup memenuhi permintaan mereka. Jadi anggapan kelangkaan pupuk subsidi ini ada lantaran kesalahpahaman terkait prosedur dan mekanisme saja," katanya.
Petani warga Tegal Krajan Kelurahan Tlogorejo, Kecamatan Temanggung, Dirjo di Temanggung, Minggu, mengatakan meskipun pupuk bersubsidi tidak menghilang dari pasaran, pembeliannya dibatasi.
Ia menuturkan jika sebelumnya para petani dengan mudah mendapatkan kuota pembelian pupuk hingga lima kuintal, kini pembelian dibatasi hanya dua kuintal.
Ia mengatakan akibat berkurangnya jumlah pupuk yang mereka dapatkan, kualitas tanaman padi yang mereka tanam juga menurun.
"Kondisi tersebut dikeluhkan banyak petani karena dengan memiliki pupuk sedikit maka kami juga memberikan pupuk ke tanaman padi sedikit pula. Akibatnya tanaman padi kami kurang berbobot, isi bulir berasnya kurang padat, sehingga jumlah yang didapat juga berkurang," katanya.
Sekain itu, dia juga mengeluhkan pembelian pupuk bersubsidi hanya dapat diperoleh di satu kios yang telah ditunjuk oleh gapoktan.
"Apa pun yang terjadi di kios tersebut, para petani hanya bisa menuruti saja tanpa bisa mencari alternatif tempat pembelian lain.
Penjual pupuk urea di salah satu kios di Pasar Kliwon Rejo Amertani, Sri Arif Wijayanto membantah kalau petani kesulitan mendapatkan pupuk urea bersubsidi.
Ia mengatakan, pupuk urea bersubsidi tersedia cukup. Dia menduga masih banyak petani yang tidak tahu secara persis prosedur pembelian pupuk bersubsidi.
"Di kios kami pasokan pupuk lancar tanpa adanya kendala distribusi," katanya.
Ia menduga petani yang merasa kesulitan mendapat pupuk kemungkinan bukan anggota gabungan kelompok tani (Gapoktan). Padahal, untuk mendapatkan pupuk subsidi tersebut mekanismenya harus melalui rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK).
"Tidak ada masalah sebenarnya, hanya memang harus melalui mekanisme RDKK. Jadi kami juga mengutamakan penjualan kepada kelompok tani yang kami bina, meskipun tidak menutup kemungkinan menjual kepada mereka yang tidak masuk anggota gapoktan. Kami juga sanggup memenuhi permintaan mereka. Jadi anggapan kelangkaan pupuk subsidi ini ada lantaran kesalahpahaman terkait prosedur dan mekanisme saja," katanya.
Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014
Tags: