Rupiah Jumat sore bergerak melemah jadi Rp12.295
5 Desember 2014 17:52 WIB
Dokumentasi [etugas menata uang di cash center BNI di Jakarta, Kamis (30/10). Nilai tukar rupiah melemah 0,46 persen ke Rp12.139 per dolar AS, Kamis (30/10), dan pergerakan rupiah di kisaran Rp12.103-Rp12.179 per dolar AS. (ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo)
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat sore, bergerak melemah lima poin menjadi Rp12.295 dibandingkan posisi sebelumnya Rp12.290 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah masih berada di area negatif, namun fluktuasinya cukup stabil diperkirakan ada intervensi dari Bank Indonesia," kata analis PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong, di Jakarta, Jumat.
Ia menambahkan nilai tukar rupiah berpotensi mengalami pelemahan kembali seiring dengan menurunnya cadangan devisa Indonesia pada akhir November 2014 menjadi 111,1 miliar dolar AS, atau turun sekitar 900 juta dolar AS dari posisi akhir Oktober 2014 yang sebesar 112 miliar dolar Amerika Serikat.
"Sentimen saat ini belum ada yang cukup mendukung bagi penguatan mata uang rupiah," katanya. Setelah hampir dua bulan pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla dilantik, rupiah belum menguat secara berarti.
Analis Monex Investindo Futures, Zulfirman Basir, menambahkan, investor juga waspada menanti data non-farm payroll AS (jumlah upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja) yang dapat memberikan petunjuk tambahan atas kondisi perekonomian konsumen minyak terbesar di dunia itu.
"Jika data itu menegaskan perbaikan kondisi tenaga kerja AS maka dapat menimbulkan asumsi mendorong Federal Reserve untuk lebih cepat menaikan suku bunga di 2015," katanya.
Menurut dia, outlook kebijakan the Fed itu akan menentukan pergerakan dolar AS sehingga akan turut mempengaruhi pergerakan rupiah.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat (5/12) ini tercatat mata uang rupiah bergerak menguat menjadi Rp12.296 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp12.318 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah masih berada di area negatif, namun fluktuasinya cukup stabil diperkirakan ada intervensi dari Bank Indonesia," kata analis PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong, di Jakarta, Jumat.
Ia menambahkan nilai tukar rupiah berpotensi mengalami pelemahan kembali seiring dengan menurunnya cadangan devisa Indonesia pada akhir November 2014 menjadi 111,1 miliar dolar AS, atau turun sekitar 900 juta dolar AS dari posisi akhir Oktober 2014 yang sebesar 112 miliar dolar Amerika Serikat.
"Sentimen saat ini belum ada yang cukup mendukung bagi penguatan mata uang rupiah," katanya. Setelah hampir dua bulan pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla dilantik, rupiah belum menguat secara berarti.
Analis Monex Investindo Futures, Zulfirman Basir, menambahkan, investor juga waspada menanti data non-farm payroll AS (jumlah upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja) yang dapat memberikan petunjuk tambahan atas kondisi perekonomian konsumen minyak terbesar di dunia itu.
"Jika data itu menegaskan perbaikan kondisi tenaga kerja AS maka dapat menimbulkan asumsi mendorong Federal Reserve untuk lebih cepat menaikan suku bunga di 2015," katanya.
Menurut dia, outlook kebijakan the Fed itu akan menentukan pergerakan dolar AS sehingga akan turut mempengaruhi pergerakan rupiah.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat (5/12) ini tercatat mata uang rupiah bergerak menguat menjadi Rp12.296 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp12.318 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014
Tags: