WMO: 2014 bisa pecahkan rekor tahun terpanas
5 Desember 2014 16:45 WIB
Suhu permukaan laut global selama Januari-Oktober 2014 mencapai rekor tertinggi pada sekitar 0,45 derajat Celcius di atas rata-rata tahun 1961-1990.(ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)
Jakarta (ANTARA News) - Suhu Bumi sepanjang tahun 2014 bisa menjadi yang paling panas dalam catatan menurut perkiraan awal Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO).
Menurut WMO hal itu utamanya karena suhu global permukaan laut yang tinggi, yang sepertinya akan tetap berada di atas normal sampai akhir tahun.
Suhu laut yang tinggi serta faktor-faktor lainnya berkontribusi besar menyebabkan hujan deras dan banjir di sejumlah negara serta kekerangan ekstrim di negara yang lain, demikian siaran pers di laman resmi WMO.
Dalam pernyataan sementaranya tentang Status Iklim Global 2014, organisasi itu mengindikasikan suhu udara rata-rata secara global di permukaan laut dan daratan lebih selama Januari sampai Oktober sekitar 0,57 derajat Centigrade atau 1,03 Fahrenheit di atas rata-rata 14,00°C (57,2 °F) pada periode referensi 1961-1990 dan 0,09°C (0,16 °F) di atas rata-rata selama sepuluh tahun (2004-2013).
Rata-rata suhu udara di daratan selama Januari sampai Oktober 2014 sekitar 0,86°C di atas rata-rata suhu tahun 1961-1990.
Sementara suhu permukaan laut global mencapai rekor tertinggi pada sekitar 0,45°C di atas rata-rata tahun 1961-1990.
Apabila pada November dan Desember kecenderungannya tetap sama, maka tahun 2014 kemungkinan akan menjadi tahun terpanas setelah tahun 2010, 2005, dan 1998.
Kondisi ini menegaskan tren pemanasan jangka panjang yang mendasar. Penting untuk dicatat bahwa perbedaan dalam peringkat dari tahun-tahun terpanas hanya sedikit per seratus derajat, dan data yang berbeda menunjukkan peringkat yang sedikit berbeda.
Suhu tinggi selama Januari-Oktober terjadi tanpa keberadaan El Nino-Osilasi Selatan penuh (El Niño-Southern Oscillation/ENSO).
ENSO terjadi ketika suhu permukaan laut lebih hangat dari rata-rata di timur tropis bergabung dengan sistem tekanan atmosfer sehingga mempengaruhi pola cuaca global.
"Catatan sementara untuk tahun 2014 menunjukkan bahwa 14 dari 15 tahun-tahun terpanas semuanya terjadi pada abad ke-21. Pemanasan global tidak berhenti," kata Sekretaris Jenderal WMO Michel Jarraud.
"Apa yang kita lihat tahun 2014 konsisten dengan apa yang kita perkirakan dari perubahan iklim. Pemecahan rekor panas dikombinasikan dengan hujan deras dan banjir telah menghancurkan kehidupan dan merusak mata pencaharian," katanya.
"Apa yang sangat tidak biasa dan mengkhawatirkan tahun ini adalah suhu tinggi pada permukaan laut di wilayah yang luas, termasuk di belahan Bumi utara," tambah dia.
Ia menambahkan rekor tingginya gas rumah kaca dan konsentrasi atmosfer terkait membawa planet Bumi ke masa depan yang tidak menentu dan tidak ramah.
Sekretaris Eksekutif Badan Iklim PBB (UNFCCC) Christiana Figueres dalam konferensi perubahan iklim di Peru, Lima, mengatakan bahwa konferensi menjelang pembicaraan COP21 di Paris pada 2015 harus mampu membuat gebrakan untuk mengantisipasi dampak emisi gas yang terus meningkat.
"Tahun 2014 terancam menjadi tahun dengan suhu bumi terpanas sepanjang sejarah dengan emisi yang terus naik. Kita harus cepat bertindak," kata Figueres.
"Kita harus harus mampu meletakkan fondasi yang kuat untuk perjanjian Paris dan meningkatkan tingkat ambisi kita sehingga secara bertahap dalam jangka panjang kita mampu mencapai netralitas iklim. Ini adalah satu-satunya cara untuk benar-benar mencapai pembangunan berkelanjutan bagi semua," tegasnya.
Menurut WMO hal itu utamanya karena suhu global permukaan laut yang tinggi, yang sepertinya akan tetap berada di atas normal sampai akhir tahun.
Suhu laut yang tinggi serta faktor-faktor lainnya berkontribusi besar menyebabkan hujan deras dan banjir di sejumlah negara serta kekerangan ekstrim di negara yang lain, demikian siaran pers di laman resmi WMO.
Dalam pernyataan sementaranya tentang Status Iklim Global 2014, organisasi itu mengindikasikan suhu udara rata-rata secara global di permukaan laut dan daratan lebih selama Januari sampai Oktober sekitar 0,57 derajat Centigrade atau 1,03 Fahrenheit di atas rata-rata 14,00°C (57,2 °F) pada periode referensi 1961-1990 dan 0,09°C (0,16 °F) di atas rata-rata selama sepuluh tahun (2004-2013).
Rata-rata suhu udara di daratan selama Januari sampai Oktober 2014 sekitar 0,86°C di atas rata-rata suhu tahun 1961-1990.
Sementara suhu permukaan laut global mencapai rekor tertinggi pada sekitar 0,45°C di atas rata-rata tahun 1961-1990.
Apabila pada November dan Desember kecenderungannya tetap sama, maka tahun 2014 kemungkinan akan menjadi tahun terpanas setelah tahun 2010, 2005, dan 1998.
Kondisi ini menegaskan tren pemanasan jangka panjang yang mendasar. Penting untuk dicatat bahwa perbedaan dalam peringkat dari tahun-tahun terpanas hanya sedikit per seratus derajat, dan data yang berbeda menunjukkan peringkat yang sedikit berbeda.
Suhu tinggi selama Januari-Oktober terjadi tanpa keberadaan El Nino-Osilasi Selatan penuh (El Niño-Southern Oscillation/ENSO).
ENSO terjadi ketika suhu permukaan laut lebih hangat dari rata-rata di timur tropis bergabung dengan sistem tekanan atmosfer sehingga mempengaruhi pola cuaca global.
"Catatan sementara untuk tahun 2014 menunjukkan bahwa 14 dari 15 tahun-tahun terpanas semuanya terjadi pada abad ke-21. Pemanasan global tidak berhenti," kata Sekretaris Jenderal WMO Michel Jarraud.
"Apa yang kita lihat tahun 2014 konsisten dengan apa yang kita perkirakan dari perubahan iklim. Pemecahan rekor panas dikombinasikan dengan hujan deras dan banjir telah menghancurkan kehidupan dan merusak mata pencaharian," katanya.
"Apa yang sangat tidak biasa dan mengkhawatirkan tahun ini adalah suhu tinggi pada permukaan laut di wilayah yang luas, termasuk di belahan Bumi utara," tambah dia.
Ia menambahkan rekor tingginya gas rumah kaca dan konsentrasi atmosfer terkait membawa planet Bumi ke masa depan yang tidak menentu dan tidak ramah.
Sekretaris Eksekutif Badan Iklim PBB (UNFCCC) Christiana Figueres dalam konferensi perubahan iklim di Peru, Lima, mengatakan bahwa konferensi menjelang pembicaraan COP21 di Paris pada 2015 harus mampu membuat gebrakan untuk mengantisipasi dampak emisi gas yang terus meningkat.
"Tahun 2014 terancam menjadi tahun dengan suhu bumi terpanas sepanjang sejarah dengan emisi yang terus naik. Kita harus cepat bertindak," kata Figueres.
"Kita harus harus mampu meletakkan fondasi yang kuat untuk perjanjian Paris dan meningkatkan tingkat ambisi kita sehingga secara bertahap dalam jangka panjang kita mampu mencapai netralitas iklim. Ini adalah satu-satunya cara untuk benar-benar mencapai pembangunan berkelanjutan bagi semua," tegasnya.
Pewarta: Monalisa
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014
Tags: