Roma (ANTARA News) - Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa Bangsa (FAO) memperkirakan bahwa sepertiga dari seluruh lapisan tanah di dunia telah rusak atau terdegradasi.

Degradasi tanah terjadi karena erosi, pemadatan, penutupan tanah, bahan organik dan penipisan nutrisi tanah, pengasaman, polusi dan proses lain yang disebabkan oleh praktek-praktek pengelolaan lahan yang tidak berkelanjutan.

Jose Graziano da Silva, Direktur Jenderal FAO, membuat pernyataan pada Kamis, menjelang Hari Tanah Dunia pertama yang dirayakan pada 5 Desember.

Kecuali pendekatan baru yang diadopsi, jumlah global tanah yang subur dan produktif per orang pada 2050 akan menjadi hanya seperempat dari tingkat pada 1960, ia memperingatkan.

Diperlukan waktu hingga 1.000 tahun untuk membentuk satu sentimeter tanah, dan dengan 33 persen dari semua sumber daya tanah global terdegradasi dan tekanan manusia meningkat, batas kritis sedang mencapai yang membuat penatalayanan hal yang mendesak, kata Graziano da Silva.

Menyebut tanah adalah sebuah "sumber daya hampir dilupakan", ia mendesak lebih banyak investasi dalam pengelolaan tanah yang berkelanjutan, mengatakan itu akan lebih murah daripada restorasi dan "diperlukan untuk pencapaian ketahanan pangan dan gizi, adaptasi dan mitigasi perubahan iklim serta pembangunan berkelanjutan secara keseluruhan."

Menurut FAO, organisme kecil seperti bakteri dan jamur di bawah tanah bertindak sebagai agen utama yang mendorong siklus nutrisi dan membantu tanaman melalui peningkatan asupan gizi, yang pada gilirannya mendukung keanekaragaman hayati di atas tanah juga.

Manajemen yang lebih baik dapat memastikan bahwa organisme biasanya tanpa disadari meningkatkan kemampuan tanah untuk menyerap karbon dan mengurangi penggurunan, sehingga bahkan lebih banyak karbon dapat diisolasi -- membantu mengimbangi emisi gas rumah kaca pertanian sendiri, kata FAO dikutip Xinhua.

(A026)