Jakarta (ANTARA News)- Lembaga swadaya masyarakat (LSM) Lentera Anak Indonesia menyarankan agar rokok dijual di atas Rp60 ribu per bungkus agar anak dan remaja sulit untuk mengakses rokok.
"Harga rokok saat ini jauh lebih kecil dari uang jajan anak. Kami menyarankan dijual di atas Rp60 ribu per bungkus dan tidak boleh dijual batangan," kata Direktur Eksekutif Lentera Anak Indonesia, Herry Chariansyah, di Jakarta, Rabu.
Herry mengatakan murahnya harga rokok di Tanah Air membuat anak bisa dengan mudah membeli dan dampaknya jumlah anak perokok terus bertambah dari tahun ke tahun.
Ia mengatakan berdasarkan data terbaru pada tahun 2013, 45 persen remaja berusia 13--19 adalah perokok aktif, sementara data Global Youth Tobacco Survey menyebutkan Indonesia merupakan negara dengan jumlah remaja perokok terbesar di Asia. (Simak:Rokok faktor utama penyakit tak menular)
"Faktor utama yang mendorong anak dan remaja menjadi perokok adalah lingkungan di mana mereka menyaksikan dalam keseharian begitu banyak orang yang merokok, dan merokok dipandang sebagai hal biasa," kata dia.
Selain itu, gencarnya iklan dan strategi pemasaran perusahaan rokok menyasar pasar remaja untuk merokok membuat anak dan remaja terdorong untuk menjadi perokok.
"Oleh sebab itu jika pemerintah tidak ingin semua anak Indonesia menjadi perokok ... salah satu solusi adalah menaikkan harga rokok serta melarang iklan dan menjualnya hanya pada tempat terbatas," kata dia.
Herry menambahkan anak-anak Indonesia yang ada saat ini pada tahun 2030 akan berada di usia produktif. Kondisi ini membuat Indonesia sulit menikmati bonus demografi, bila banyak penduduk menjadi konsumen rokok. (Baca juga: Siswa SMK kembangkan sensor antirokok sekolah)
Rokok disarankan dijual Rp60.000/bungkus
3 Desember 2014 14:49 WIB
Bungkus rokok yang bergambar seram. (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)
Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014
Tags: