Pembicaraan iklim bermula di tengah harapan bagi kesepakatan baru
2 Desember 2014 10:10 WIB
Pegiat lingkungan membawa instalasi serupa wajah bumi yang bersedih saat Pawai Iklim Massal di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu (21/9). (ANTARA FOTO/Fanny Octavianus)
Lima (ANTARA News) - Pembicaraan tahunan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai perubahan iklim dimulai di Ibu Kota Peru, Lima, pada Senin (1/12) di tengah harapan akan tercapainya kesepakatan iklim baru menjelang pembicaraan penting di Paris pada 2015.
Namun pembicaraan iklim tahun ini diperkirakan bakal berlangsung intens.
Ribuan wakil dari hampir 200 negara berkumpul di Markas Angkatan Darat Peru untuk mengikuti perundingan selama dua-pekan yang secara resmi dikenal dengan nama COP20 atau Sidang Ke-20 Konferensi Para Pihak bagi Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCC).
Menteri Lingkungan Hidup Polandia Marcin Korolec, yang menjadi Presiden COP19/CMP9, memuji kerangka kerja 2030 untuk pemangkasan emisi gas yang disepakati oleh Uni Eropa dan Tiongkok-Amerika Serikat tersebut.
Menteri Lingkungan Hidup Peru Manuel Pulgar-Vidal, yang dipilih dalam sidang pembukaan sebagai Presiden COP20/CMP10, mendesak semua peserta bekerja secara kreatif untuk mencapai konsensus global dalam 12 hari ke depan dan menekankan bahwa proses inklusif dan transparan jadi prioritas utamanya.
"Konferensi ini mesti mengarah pada kerangka kerja mengenai penataan dan penguatan mekanisme finansial, peluncuran proses ambisius untuk mempercepat aksi pra-2020, dan membuat kemajuan mengenai sumbangan yang ditetapkan, atau INDCS," kata Pulgar-Vidal, menyeru tindakan kolektif dari semua pihak.
Sekretaris Eksekutif UNFCC Christiana Figueres mendorong semua pelaku untuk memperluas cakupan tindakan mereka, dan menciptakan keseimbangan politik dalam adaptasi dan mitigasi.
"COP ini harus membuat sejarah," kata Figueres sebagaimana dilansir kantor berita Xinhua.
Ia menyoroti peningkatan kemampuan kolektif dalam aksi iklim di seluruh dunia dan mendesak tindakan global lebih kuat bagi masa depan yang berkesinambungan.
Rajendra Kumar Pachauri, Ketua Panel Antara-Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), berjanji mengajak semua orang "menyadari kenyataan ilmiah" setelah pertunjukan yang diselenggarakan oleh Presiden Peru.
IPCC, Panel Ilmu Pengetahunan PBB, belum lama ini mengajukan laporan perkiraannya, yang merupakan unsur keempat dan terakhir dari laporan penilaian kelima mengenai kondisi perubahan iklim.
Pachauri menyebut pengaruh emisi gas manusia dan dampaknya yang sangat besar pada Bumi, yang terjadi di seluruh negara dan mempengaruhi semua manusia.
"Sangat mungkin bahwa es laut Kutub Utara akan terus menyusut, permukaan air laut akan terus naik, dan volume gletser akan berkurang," katanya.
Pachauri berharap COP kali ini akan memfokuskan perhatian pada kebutuhan untuk menjaga peningkatan suhu global di bawah dua derajat Celsius dan mencapai dunia emisi nol pada akhir abad untuk mengurangi risiko perubahan iklim.
Pembicaraan 12-hari UNFCC diselenggarakan di tengah peringatan ilmuwan dan peningkatan prospek untuk menggolkan rancangan kesepakatan universal dengan tujuan mengafopsinya dalam COP21 di Paris, Prancis, akhir tahun depan.
Pengumuman gabungan belum lama ini yang dikeluarkan oleh Tiongkok dan Amerika Serikat untuk membatasi emisi gas rumah kaca memberi momentum politik dan taktis bagi dicapainya kesepakatan baru global. (Uu.C003)
Namun pembicaraan iklim tahun ini diperkirakan bakal berlangsung intens.
Ribuan wakil dari hampir 200 negara berkumpul di Markas Angkatan Darat Peru untuk mengikuti perundingan selama dua-pekan yang secara resmi dikenal dengan nama COP20 atau Sidang Ke-20 Konferensi Para Pihak bagi Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCC).
Menteri Lingkungan Hidup Polandia Marcin Korolec, yang menjadi Presiden COP19/CMP9, memuji kerangka kerja 2030 untuk pemangkasan emisi gas yang disepakati oleh Uni Eropa dan Tiongkok-Amerika Serikat tersebut.
Menteri Lingkungan Hidup Peru Manuel Pulgar-Vidal, yang dipilih dalam sidang pembukaan sebagai Presiden COP20/CMP10, mendesak semua peserta bekerja secara kreatif untuk mencapai konsensus global dalam 12 hari ke depan dan menekankan bahwa proses inklusif dan transparan jadi prioritas utamanya.
"Konferensi ini mesti mengarah pada kerangka kerja mengenai penataan dan penguatan mekanisme finansial, peluncuran proses ambisius untuk mempercepat aksi pra-2020, dan membuat kemajuan mengenai sumbangan yang ditetapkan, atau INDCS," kata Pulgar-Vidal, menyeru tindakan kolektif dari semua pihak.
Sekretaris Eksekutif UNFCC Christiana Figueres mendorong semua pelaku untuk memperluas cakupan tindakan mereka, dan menciptakan keseimbangan politik dalam adaptasi dan mitigasi.
"COP ini harus membuat sejarah," kata Figueres sebagaimana dilansir kantor berita Xinhua.
Ia menyoroti peningkatan kemampuan kolektif dalam aksi iklim di seluruh dunia dan mendesak tindakan global lebih kuat bagi masa depan yang berkesinambungan.
Rajendra Kumar Pachauri, Ketua Panel Antara-Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), berjanji mengajak semua orang "menyadari kenyataan ilmiah" setelah pertunjukan yang diselenggarakan oleh Presiden Peru.
IPCC, Panel Ilmu Pengetahunan PBB, belum lama ini mengajukan laporan perkiraannya, yang merupakan unsur keempat dan terakhir dari laporan penilaian kelima mengenai kondisi perubahan iklim.
Pachauri menyebut pengaruh emisi gas manusia dan dampaknya yang sangat besar pada Bumi, yang terjadi di seluruh negara dan mempengaruhi semua manusia.
"Sangat mungkin bahwa es laut Kutub Utara akan terus menyusut, permukaan air laut akan terus naik, dan volume gletser akan berkurang," katanya.
Pachauri berharap COP kali ini akan memfokuskan perhatian pada kebutuhan untuk menjaga peningkatan suhu global di bawah dua derajat Celsius dan mencapai dunia emisi nol pada akhir abad untuk mengurangi risiko perubahan iklim.
Pembicaraan 12-hari UNFCC diselenggarakan di tengah peringatan ilmuwan dan peningkatan prospek untuk menggolkan rancangan kesepakatan universal dengan tujuan mengafopsinya dalam COP21 di Paris, Prancis, akhir tahun depan.
Pengumuman gabungan belum lama ini yang dikeluarkan oleh Tiongkok dan Amerika Serikat untuk membatasi emisi gas rumah kaca memberi momentum politik dan taktis bagi dicapainya kesepakatan baru global. (Uu.C003)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014
Tags: