Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengatakan ikhtiar memperbaiki mutu pendidikan di Tanah Air tidak dapat dilakukan secara instan.

"Semua pihak harus bersabar karena butuh waktu panjang untuk memperbaiki mutu pendidikan, jangan mengharapkan hasil akhir saja," katanya saat bersilaturahim dengan sekitar 650 kepala dinas pendidikan provinsi, kabupaten dan kota se-Indonesia di Jakarta, Senin.

Menurut Anies, banyak pihak menyebut sistem pendidikan di Finlandia mempesona dan hebat, namun hal yang perlu diperhatikan adalah mereka menyiapkan semua itu sejak 1980-2000 atau butuh waktu 20 tahun.

"Sementara kita cenderung melihat hasil akhir saja dan tidak mempelajari seperti apa proses panjang yang dilewati," kata dia.

Ia memberi contoh untuk mengubah pendidikan ibarat mengubah arah sebuah kapal tanker dengan panjang satu kilometer yang membutuhkan ratusan kali memutar kemudi agar arahnya bisa berubah.

"Mungkin pada saat kilometer keenam ada penumpang bertanya kepada nakhoda tentang kapan mau berbelok dan nakhoda harus menjawab harap bersabar karena semuanya sudah di jalur yang benar dan pada kilometer ke-10 baru dari titik putar terlihat jelas perubahan arah kapal," katanya.

"Demikian juga dengan pendidikan tidak bisa instan dan harus terus bersabar karena perubahan itu baru akan dirasakan 10-20 tahun ke depan," katanya.

"Tentu saja penerapan Kurikulum 2013 banyak masalah guru yang tumbang, karena ingin serba cepat, padahal yang lebih penting adalah mengubah guru," katanya.

Pada bagian lain, Menteri juga meminta kepala dinas pendidikan di dearah memetakan ulang persoalan yang dihadapi pada masing-masing wilayah.

"Mari mengukur diri dan melihat apa yang bisa dibantu oleh pemerintah pusat untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah," kata Anies di Jakarta, Senin.

Menurut Anies, pemerintah pusat tidak akan memberikan target tertentu dalam bidang pendidikan yang harus dijalankan oleh daerah.

"Ketika saya bertemu dengan kepala dinas pendidikan di daerah, mereka sering mengeluhkan beratnya beban kerja yang diberikan pusat untuk diselesaikan, sementara kapasitas yang dimiliki terbatas," kata dia.