Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar Rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore, bergerak melemah 90 poin menjadi Rp12.295 dibandingkan posisi sebelumnya Rp12.205 per dolar AS.

"Kondisi mata uang dolar AS yang terus bergerak menguat di pasar Asia berdampak negatif bagi nilai tukar rupiah di pasar uang domestik," ujar Analis dari PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong di Jakarta, Senin.

Kendati demikian, laju mata uang rupiah masih bergerak stabil menyusul data ekonomi Indonesia yang tidak terlalu buruk, meski mencatatkan inflasi namun itu sudah diprediksi. Sementara neraca perdagangan mencatatkan surplus.

"Sejauh ini rupiah masih bertahan cukup baik," ucapnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi menyumbang inflasi November 2014 yang sebesar 1,5 persen.

Maka laju inflasi tahun kalender Januari-November 2014 telah mencapai 5,75 persen dan inflasi secara tahunan (yoy) tercatat sebesar 6,23 persen.

Sementara neraca perdagangan Oktober 2014 mengalami surplus sebesar 23,2 juta dolar AS, dengan kinerja ekspor mencapai 15,35 miliar dolar AS dan impor sebesar 15,33 miliar dolar AS.

Analis Monex Investindo Futures Zulfirman Basir menambahkan bahwa keputusan pemerintah untuk menaikan harga BBM bersubsidi meningkatkan harapan akan lebih cepatnya perbaikan defisit neraca transaksi berjalan Indonesia.

"Ini mungkin dapat meredam potensi pelemahan rupiah yang berlebihan," katanya.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia hari ini tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp12.264 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp12.196 per dolar AS.