"Partai baru ini akan dibentuk oleh mereka yang tersingkir atau disingkirkan, sebagaimana Surya Paloh mendirikan NasDem atau Wiranto mendirikan Hanura dan Prabowo mendirikan Gerindra yang mampu menyedot kader golkar potensial ke partai sempalan dari Golkar itu," kata Atang, di Kupang, Kamis.
"Golkar sebagai partai besar dengan segudang kader yang memiliki kapasitas dan kematangan sebagai politisi, ternyata belum dewasa dalam menyelesaikan perbedaan terkait sirkulasi kepemimpinan," ucapnya.
Dia mengatakan, selama ini Golkar terkesan solid antarelit partai di seluruh Indonesia, tetapi ternyata rentan.
"Jadi jangan sampai munas kali ini melahirkan partai baru oleh mereka yang tersingkir atau disingkirkan, dan ini akan menyedot banyak kader Golkar potensial ke partai sempalan dari Golkar tersebut," ujarnya.
Karena itu, jika Golkar tidak bijak dalam mengakomodasi beragam kepentingan menjelang munas, maka ke depan Golkar akan ditinggalkan kadernya sendiri.
Para kader-kader potensial ditingkat nasional akan bersatu dan mendirikan partai baru. Ini tentu akan menyedot kader Golkar ditingkat daerah yang ikut tersingkirkan pada saat Aburizal Bakrie menahkodai partai berlambang pohon beringin itu.
Ahmad Atang mengatakan, fakta menunjukkan bahwa hijrah politik para kader potensial ke partai lain justeru membawa keberuntungan.
Dua kader pindahan Partai Golkar, yaitu Fery Mursidan Baldan dan Yudi Krisnandi, kini justru dipakai Presiden Jokowi di Kabinet Kerja-nya. Mursidan dari Partai Golkar hijrah ke NasDem dan Krisnandi ke Hanura.
"Mereka berdua ini belum tentu menjabat sebagai menteri jika masih tetap bercokol di Partai Golkar," kata Atang.
Dalam kaitan ini, maka Partai Golkar sebagai partai tua, harus peka jika tidak ingin ditinggalkan oleh kadernya sendiri.