Presiden Jokowi sambangi petani Lampung dan nelayan Bengkulu
25 November 2014 23:55 WIB
Presiden Joko Widodo menyerahkan bantuan hand traktor kepada masyarakat tani di Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah, Selasa (25/11). Sebanyak 40 unit hand traktor merupakan bantuan pemerintah pusat sebagai bentuk kompensasi penghapusan subsisdi Bahan bakar Minyak (BBM) guna meningkatkan hasil pertanian di provinsi itu. (ANTARA FOTO/Agus Setyawan)
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo melalui aktivitas blusukan ke Pulau Sumatera menyambangi para petani di Lampung, Selasa (25/11), dan berencana melanjutkan kunjungan ke kampung nelayan tradisional di Bengkulu, Rabu (26/11).
"Kita tidak ingin negara dibanjiri impor," kata Presiden Jokowi kepada para petani di Sentra Padi Trimuljo, Lampung, Selasa.
Untuk itu, menurut Jokowi, pemerintah bakal mengupayakan agar ketergantungan terhadap komoditas pangan juga dikurangi.
Dengan demikian, Presiden Jokowi menginginkan agar para petani di berbagai daerah juga dapat meningkatkan jumlah produksinya.
Ketergantungan terhadap impor pangan juga pernah disoroti oleh Presiden Joko Widodo beberapa kali.
"Kita negara agraris tapi semua impor, beras, jagung, kedelai, gandum, garam, sayur dan buah. Komoditas apa yang kita tidak impor? Saya sedih," kata Presiden saat menerima peserta kursus reguler Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) di Istana Negara Jakarta, Selasa.
Presiden mengatakan dalam jangka waktu tiga sampai empat tahun mendatang Indonesia harus mencapai swasambada pangan antara lain beras, jagung dan kedelai.
Sedangkan pada Rabu (26/11) esok, Presiden diagendakan menyambangi kampung nelayan tradisional di Pantai Bengkulu.
Terkait dengan sumber daya ikan, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti sebelumnya, menyatakan, eksploitasi pihak asing berupa pencurian terhadap sumber daya perikanan di kawasan perairan Indonesia harus dicegah dan ditangkal guna mengembalikan marwah maritim.
"Sudah saatnya marwah maritim diwujudkan dengan tidak membiarkan pihak asing leluasa menangkap ikan dan memanfaatkan sumber daya pesisir, kelautan, dan pulau-pulau kecil kita," kata Susi Pudjiastuti.
Menurut dia, ekosistem dan sumber daya alam pesisir bersifat rentan terhadap perubahan sehingga mudah mengalami kerusakan. Kerusakan tersebut dapat diakibatkan oleh adanya interaksi antara faktor eksternal dan internal.
Jika kerentanan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil tidak dipertimbangkan dalam pengelolaannya, lanjutnya, maka dicemaskan akan muncul konflik antara kepentingan dalam pemanfaatan sumber daya alam untuk pemenuhan kebutuhan hidup dan pembangunan ekonomi jangka pendek dengan kebutuhan generasi akan datang.
"Kita tidak ingin negara dibanjiri impor," kata Presiden Jokowi kepada para petani di Sentra Padi Trimuljo, Lampung, Selasa.
Untuk itu, menurut Jokowi, pemerintah bakal mengupayakan agar ketergantungan terhadap komoditas pangan juga dikurangi.
Dengan demikian, Presiden Jokowi menginginkan agar para petani di berbagai daerah juga dapat meningkatkan jumlah produksinya.
Ketergantungan terhadap impor pangan juga pernah disoroti oleh Presiden Joko Widodo beberapa kali.
"Kita negara agraris tapi semua impor, beras, jagung, kedelai, gandum, garam, sayur dan buah. Komoditas apa yang kita tidak impor? Saya sedih," kata Presiden saat menerima peserta kursus reguler Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) di Istana Negara Jakarta, Selasa.
Presiden mengatakan dalam jangka waktu tiga sampai empat tahun mendatang Indonesia harus mencapai swasambada pangan antara lain beras, jagung dan kedelai.
Sedangkan pada Rabu (26/11) esok, Presiden diagendakan menyambangi kampung nelayan tradisional di Pantai Bengkulu.
Terkait dengan sumber daya ikan, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti sebelumnya, menyatakan, eksploitasi pihak asing berupa pencurian terhadap sumber daya perikanan di kawasan perairan Indonesia harus dicegah dan ditangkal guna mengembalikan marwah maritim.
"Sudah saatnya marwah maritim diwujudkan dengan tidak membiarkan pihak asing leluasa menangkap ikan dan memanfaatkan sumber daya pesisir, kelautan, dan pulau-pulau kecil kita," kata Susi Pudjiastuti.
Menurut dia, ekosistem dan sumber daya alam pesisir bersifat rentan terhadap perubahan sehingga mudah mengalami kerusakan. Kerusakan tersebut dapat diakibatkan oleh adanya interaksi antara faktor eksternal dan internal.
Jika kerentanan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil tidak dipertimbangkan dalam pengelolaannya, lanjutnya, maka dicemaskan akan muncul konflik antara kepentingan dalam pemanfaatan sumber daya alam untuk pemenuhan kebutuhan hidup dan pembangunan ekonomi jangka pendek dengan kebutuhan generasi akan datang.
Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014
Tags: