Polisi Israel dituduh bunuh remaja Palestina
Ilustrasi. Kerabat menangisi kematian warga Palestina Jihad Aslan saat pemakamannya di Kamp Pengungsi Qalandiya dekat Ramallah, Tepi Barat, Senin (26/8). Pasukan Israel menembak mati tiga orang Palestina dan melukai sekitar 12 lainnya dalam operasi penyerbuan Senin pagi untuk menahan seorang terdakwa militan di sebuah kamp pengungsi dekat Yerusalem, menurut keterangan dari sumber medis Palestina. Seorang juru bicara polisi Israel mengatakan bentrokan pecah saat polisi perbatasan yang melakukan penyerbuan untuk penahanan terdakwa militan mendapatkan perlawanan dari warga Palestina yang melempari mereka dengan bom molotov dan batu.(REUTERS/Darren Whiteside)
"Satu tuduhan pembunuhan telah diajukan terhadap terdakwa," kata pengadilan, lapor AFP.
Nadeem Nuwarah, 17, tewas pada 15 Mei selama bentrokan di Beitunia, sebelah barat daya Ramallah, antara pasukan Israel dan pengunjuk rasa Palestina yang menandai ulang tahun dari apa yang orang Arab sebut Nakba, atau "bencana" berkaitan dengan pembentukan Israel pada tahun 1948.
Rekam jejak yang dicatat oleh penyiar AS CNN menangkap sekelompok lima atau enam polisi di daerah perbatasan, salah satunya bisa dilihat menembak pada pemuda yang saat itu terpukul.
Bedah mayat ditemukan remaja itu meninggal setelah diterjang di dada dengan peluru tajam, kata satu kelompok hak asasi manusia Israel.
Pada saat itu, Israel mengatakan polisi perbatasan sedang memadamkan demonstrasi kekerasan oleh sekitar 150 warga Palestina, dan membantah peluru tajam yang digunakan.
Terdakwa, yang dikenali sebagai Ben Deri, membantah tuduhan terhadap dirinya.
Ia ditangkap awal bulan ini oleh kementerian kehakiman bidang internal yang terlihat dalam pengaduan pelanggaran kepolisian.
Para pemimpin Palestina menuduh Israel "mengeksekusi dengan sengaja" atas Nuwarah yang di waktu itu, setelah rekaman CCTV dimunculkan menunjukkan bahwa Nuwarah ditembak tanpa alasan, saat masa tenang selama kekerasan.
Seorang remaja yang kedua, Mohammed Udeh, 16, tewas pada hari yang sama di tempat yang sama pula.
Dia juga terkena di dada dengan terjangan peluru tajam, tetapi keluarganya menolak untuk memungkinkan bedah-jenazah.(AK)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014