Jakarta (ANTARA News) - Adi Rukun terdiam melihat rekaman Inong dan Amir Hasan sedang memeragakan adegan membunuh Ramli, kakak Adi, yang terjadi pada tahun 1965 di tepian Sungai Pekong, Sumatera Utara.
Ramli dibunuh karena dituduh bagian dari simpatisan Partai Komunis Indonesia.
Adegan tersebut merupakan sepenggal kisah keluarga korban pembunuhan 1965 yang difilmkan Joshua Oppenheimer dengan judul film Senyap atau The Look of Silence dengan mengambil sudut pandang keluarga korban sebagai jalan utama ceritanya.
Meletusnya peristiwa 30 Septermber 1965 berdampak pada pembunuhan jutaan simpatisan PKI dari 1965--1966, tidak terkecuali di daerah Sumatera Utara tempat Ramli dan keluarganya tinggal.
Di dalam film yang diproduksi pada tahun 2014 juga ditunjukkan kedua pembunuh Ramli tersebut menunjukkan buku berjudul "Embun Berdarah" yang mereka tulis untuk mengabadikan aksi pembantaian mereka pada tahun 1965, yang direkam Joshua pada tahun 2003.
Kematian Ramli dinilai sebagai hal yang terbuka karena banyak saksi yang melihat saat akhir hidupnya dan para pembunuh meninggalkan jasadnya di kebun sawit kurang lebih 3 kilometer dari kediaman orang tuanya.
Sang sutradara ingin menarik kembali memori penonton dan para keluarga korban dengan menghadirkan sebuah rekaman video percakapan dan pengakuan para algojo yang membunuh Ramli serta para simpatisan PKI saat itu. Beberapa adegan para algojo itu mengeksekusi korban diperlihatkan kepada Adi, yang menjadi pemain utama dalam film yang berdurasi 98 menit tersebut.
Adi yang saat ini berprofesi sebagai pembuat kacamata lahir setelah kakaknya Ramli terbunuh tentu saja tidak tahu mengenai kejadian mencekam yang diderita kakaknya tersebut.
Sang Ibu, Rohani menganggap Adi adalah anak yang menggantikan Ramli yang dibunuh oleh tetangga satu desanya.
Berbeda dengan film karya Joshua sebelumnya, yaitu Jagal atau The Act of Killing, film Senyap menghadirkan suasana dalam keluarga Adi berbincang mengenai masa lalu, yaitu peristiwa terbunuhnya Ramli dan adanya kontak langsung antara Adi dan pelaku serta keluarga pelaku yang membunuh kakaknya tersebut.
Sementara itu, di film Jagal, Joshua bertutur dengan menggunakan teknik yang merekonstruksi para subjek dokumenternya, yaitu para algojo, tengah membuat film dokumenter cara membunuh orang yang mereka anggap simpatisan PKI.
Namun, ada persamaan di antara kedua film tersebut, yaitu menunjukkan kekejaman rakyat dalam membantai orang yang masih dituduh dan simpatisan PKI tanpa ada proses pengadilan hukum yang sah.
Film karya Joshua itu selain mengungkapkan bagaimana pembunuhan terjadi.
Dokumenter itu memasukkan pesan rekonsiliasi di antara para keluarga korban dan keluarga pelaku.
Di dalam film itu, Adi menemui beberapa pelaku pembunuhan dan keluarga pelaku serta menjelaskan identitasnya sebagai adik Ramli yang telah dibunuh dengan kejam.
Dalam beberapa pertemuan itu, Adi akhirnya membuka identitasnya yang sebenarnya sebagai salah satu keluarga korban pembunuhan massal pada tahun 1965.
Adegan tersebut merupakan pesan kunci yang ingin disampaikan Joshua bahwa agar tercipta rekonsiliasi di antara keluarga korban dan keluarga pelaku.
Bayangkan saja selama orde baru berkuasa, Adi dan keluarganya harus bersembunyi untuk mengunjungi kuburan Ramli di tengah kebun sawit Pelintahan yang hanya ditandai sebuah batu.
Di kuburan Ramli itu, mereka harus memperhatikan keadaan sekitar apakah ada mandor perkebunan atau orang lain yang melihat atau tidak karena kondisinya tidak memungkinkan saat itu untuk mendoakan orang yang tersangkut politik.
Para pembunuh mengungkapkan pembantaian itu dilakukan atas kesadaran mereka sebagai rakyat untuk menghilangkan paham komunis dan simpatisannya.
Perkenalan perdana film Senyap sudah dilakukan pada hari Senin (10/11) di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki dan direncanakan akan ditayangkan secara terbatas pada tanggal 10 Desember 2014 untuk memperingati Hari Hak Asasi Manusia Sedunia.
"Senyap" membongkar sejarah, menuju rekonsiliasi
22 November 2014 07:26 WIB
Film "Senyap" karya Joshua Oppenheimer dan ko-sutradara Anonim. (filmsenyap.com)
Pewarta: Imam budilaksono
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014
Tags: