Kuala Lumpur (ANTARA News) - Malaysia akan menghapus subsidi untuk bensin dan diesel mulai 1 Desember, kata pemerintah Malaysia seperti dikutip Reuters, hari ini.

Langkah itu diperkirakan akan membuat pemerintah Malaysia menghemat sampai sekitar 20 miliar ringgit (Rp72,237 triliun) per tahun.

Menurut Reuters, Malaysia mengikuti langkah Indonesia dan India dalam memangkas subsidi di tengah turun tajamnya harga minyak dunia yang mengakhiri kebijakan minyak murah selama bertahun-tahun yang turut mendorong defisit fiskal.

Perdana Menteri Najib Razak sudah berjanji untuk menghemat anggaran Malaysia dengan memangkas belanja negara dan subsidi, selain dengan meningkatkan pendapatan pajak dengan pengenaan pajak 6 persen untuk barang dan jasa mulai April tahun depan.

Harga bensin RON95 dan diesel akan disesuaikan (dinaikkan) menurut ambang terkendali otomatis yang adalah sistem penyesuaian harga berdasarkan tingkat harga pasar yang merupakan mekanisme sama seperti pada harga bensin premium RON97, kata Menteri Perdagangan Dalam Negeri, Koperasi dan Konsumen Hasan Malek, hari ini.

Para ekonom mengatakan jendela telah dibuka untuk Asia Tenggara untuk mempertimbangkan penghentian subsidi murah hati, mengingat harga minyak dunia tengah turun drastis.

"Ini sangat positif bagi anggaran (Malaysia)," kata Edward Lee, Kepala Riset Regional Asia Tenggara Standard Chartered kepada Reuters. "Akibatnya difisit fiskal akan terpangkas sampai 1 persen dari produk domestik bruto pada 2015, dari sebelumnya 3 persen. Ini sangat mengesankan."

Beberapa tahun belakangan, Malaysia telah melindungi warga negaranya dari melonjaknya harga minyak dunia dengan menggelontorkan subsidi sekitar 14 miliar ringgit (Rp88,14 triliun) per tahun. Hal itu telah memperburuk defisit anggaran pemerintah yang menjadi salah satu negara Asia Tenggara yang paling besar proporsi produk domestik brutonya untuk subdisi BBM.

Segera setelah pengumuman ini mata uang Ringgit melesat terhadap dolar AS yang adalah apresiasi tertinggi di Asia hari ini, sebaliknya indeks saham turun 0,72 persen.

Para ekonom mengatakan bahwa keputusan pemerintah akan menaikkan angka inflasi bulan depan, namun itu akan segera bisa tertutupi mengingat jatuhnya harga minyak di dunia.

Malaysia menyempitkan defisit fiskalnya menjadi 3,9 persen dari PDB pada 2013, dan Najib ingin terus memangkasnya sampai 3,5 persen pada tahun ini dan 3 persen pada 2015, dalam menuju anggaran berimbang sampai 2020.

"Secara keseluruhan, itu tak pelak merupakan langkah positif dari pemerintah Malaysia yang akan membuat posisi fiskal malah menjadi jauh terbalik (surplus)," kata ekonom Bank OCBC Wellian Wiranto seperti dikutip Reuters.