Gajah ditemukan mati membusuk di Aceh Jaya
20 November 2014 12:12 WIB
Gajah Sumatera Mati dibunuh Warga menemukan Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) mati akibat dibunuh di kawasan pedalaman Desa Jambo Reuhat, Kecamatan Banda Alam, Provinsi Aceh, Minggu (7/9). Gajah Sumatera mamalia langka terbesar di Indonesia itu segaja di bunuh sebab ditemukan luka di bagian kepala dan wajah, sementara sepasang gadingnya hilang. (ANTARA FOTO/Rahmad) ()
Banda Aceh (ANTARA News) - Warga menemukan seekor gajah betina mati membusuk di kawasan perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Teunom, Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh, Rabu (19/11).
Geuchik (kepala desa) Alu Meuraksa, Kecamatan Teunom, Safrudin di Calang (Ibukota Aceh Jaya) Kamis mengatakan, masyarakat setempat memang mengeluhkan gangguan kawanan gajah, akan tetapi memastikan bahwa matinya hewan berbelalai panjang itu bukan karena diburu masyarakat setempat.
"Kami tidak membunuh gajah di sini walaupun selama ini mengganggu, mungkin saja ada pihak dari luar yang sengaja memburunya dan hal ini membuat warga di sini merasa ketakutan," katanya.
Warga setempat menemukan bahwa bangkai hewan dilindungi tersebut beberapa hari setelah tercium bau amis, saat ditemukan kondisi kulit sudah terkelupas dan darah sudah mengering di bagian kepala.
Dalam setahun terakhir sudah terjadi empat kasus kematian gajah yang dipengal kepalanya untuk diambil gading, akan tetapi sampai saat ini belum ada satupun pelaku yang tertangkap akibat perburuan gading gajah itu.
Sementara itu, Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Aceh Jaya Saiful Bahri membenarkan terkait adanya kematian gajah dikawasan perkebunan warga yang berjarak sekitar 47 kilometer dari kota Calang itu.
"Itu gajah betina jadi gadingnya memang tidak ada, tim Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh sudah turun sejak kemarin petang, belum ada kepastian penyebab kematiannya," katanya.
Dia menyebutkan, laporan dari tim dilapangan kasus tersebut baru pertama terjadi dikawasan setempat, berbeda dengan kawasan pedalaman lain yang mana kematian gajah itu ditemukan identik adanya sindikat perburuan.
Saiful menegaskan, pihak pemda setempat hanya bertugas untuk menghalau apabila gajah masuk dan mengangu pemukiman warga, pihaknya tidak berwenang untuk melakukan penyidikan ataupun mencari penyebab dan pelaku pembunuhan gajah itu.
Geuchik (kepala desa) Alu Meuraksa, Kecamatan Teunom, Safrudin di Calang (Ibukota Aceh Jaya) Kamis mengatakan, masyarakat setempat memang mengeluhkan gangguan kawanan gajah, akan tetapi memastikan bahwa matinya hewan berbelalai panjang itu bukan karena diburu masyarakat setempat.
"Kami tidak membunuh gajah di sini walaupun selama ini mengganggu, mungkin saja ada pihak dari luar yang sengaja memburunya dan hal ini membuat warga di sini merasa ketakutan," katanya.
Warga setempat menemukan bahwa bangkai hewan dilindungi tersebut beberapa hari setelah tercium bau amis, saat ditemukan kondisi kulit sudah terkelupas dan darah sudah mengering di bagian kepala.
Dalam setahun terakhir sudah terjadi empat kasus kematian gajah yang dipengal kepalanya untuk diambil gading, akan tetapi sampai saat ini belum ada satupun pelaku yang tertangkap akibat perburuan gading gajah itu.
Sementara itu, Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Aceh Jaya Saiful Bahri membenarkan terkait adanya kematian gajah dikawasan perkebunan warga yang berjarak sekitar 47 kilometer dari kota Calang itu.
"Itu gajah betina jadi gadingnya memang tidak ada, tim Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh sudah turun sejak kemarin petang, belum ada kepastian penyebab kematiannya," katanya.
Dia menyebutkan, laporan dari tim dilapangan kasus tersebut baru pertama terjadi dikawasan setempat, berbeda dengan kawasan pedalaman lain yang mana kematian gajah itu ditemukan identik adanya sindikat perburuan.
Saiful menegaskan, pihak pemda setempat hanya bertugas untuk menghalau apabila gajah masuk dan mengangu pemukiman warga, pihaknya tidak berwenang untuk melakukan penyidikan ataupun mencari penyebab dan pelaku pembunuhan gajah itu.
Pewarta: Heru Dwi S
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2014
Tags: