London (ANTARA News) - Indeks Perbudakan Dunia/The Global Slavery Index (GSI) 2014 yang dirilis Walk Free Foundation, di London, Senin, memperkirakan 714.100 orang Indonesia menjadi korban perbudakan.

Praktik perbudakan modern di Indonesia dipicu oleh ketimpangan ekonomi dan korupsi di mana sekitar 11 persen orang hidup dalam kemiskinan dan 70 persen penduduk bekerja pada sektor informal.

Jika dibandingkan dengan total populasi, korban perbudakan hanya 0,286 persen dari sekitar 250 juta orang sehingga peringkat Indonesia di GSI ada pada 102.

Namun angka 700.000 ini ada di urutan ke-8 di antara negara-negara yang disurvei oleh GSI 2014. (Baca Lima negara dengan angka perbudakan tertinggi).

Sebagai negara pengirim buruh migran dengan jumlah terbesar kedua di dunia, Indonesia mencoba mencegah praktik perbudakan di luar negeri dengan cara moratorium, tapi strategi ini justru memicu munculnya rute-rute ilegal dan pekerja migran menjadi semakin rentan terjerumus ke praktik perbudakan, kata laporan itu.

Di sisi korupsi, Indonesia masih berada di posisi 114 dari 177 negara yang disurvei Transperancy International pada 2013.

Ketimpangan ekonomi dan korupsi adalah dua dari tiga penyebab utama pemicu praktik perbudakan dunia.

"Faktor utama yang membuat semakin banyak orang terjebak di perbudakan modern adalah ledakan populasi, kemiskinan, dan korupsi," kata Kevin Bales, salah satu penyusun GSI 2014.

Dalam penyusunan GSI 2014, Indonesia adalah salah satu dari tujuh negara yang disurvei dengan metode random-sample dan 1.000 responden di Indonesia terlibat dalam survei ini.