Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Fasli Djalal menilai, kesempatan Indonesia semakin tipis mencapai bonus demografi, jika angka kelahiran tidak dapat dikendalikan.
"Berdasarkan Sensus 2010, ternyata kesempatan emas kita semakin tipis, yaitu hanya empat tahun," katanya di Jakarta, Sabtu.
Fasli mengatakan, bonus demografi merupakan kesempatan emas, yakni usia
angkatan kerja atau usia produktif sangat besar, sementara itu di saat yang sama usia muda
semakin kecil dan usia lanjut belum banyak.
Awalnya, menurut dia, Indonesia diprediksi akan mendapat bonus demografi tersebut tahun 2020 hingga 2030.
"Tapi, makin tipis kesempatan bonus demografi kita dari awalnya 10
tahun hanya menjadi empat tahun karena pada 2010, ternyata jumlah
penduduk kita terus melonjak," kata Fasli.
Dia menjelaskan, target jumlah penduduk pada 2010 sebanyak 233 juta
tapi ternyata berdasarkan swnsua jumlahnya melonjak hingga 237 juta
jiwa.
Pada 2035 diperkirakan jumlah penduduk Indonesia melonjak menjadi 243 juta jiwa. Jumlah penduduk terbesar berada di Jawa Barat yaitu pada 2010
menapai 44 juta dan diperkirakan melonjak menjadi 58 juta pada 2035.
Oleh karena itu, Fasli menambahkan, perlunya mengendalikan jumlah penduduk
dengan mendukung program keluarga berencana, terutama untuk
meningkatkan kualitas keluarga dan generasi mendatang.
Ia mengemukakan hal itu pada advokasi komunikasi informasi dan edukasi kependudukan dan keluarga berencana bagi generasi muda.
Acara tersebut diselenggarakan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPKB) DKI Jakarta bekerja sama dengan Keluarga Mahasiswa dan Alumni Penerima Beasiswa Supersemar (KMA-PBS).
BKKBN: Makin tipis kesempatan emas bonus demografi
15 November 2014 14:39 WIB
Fasli Djalal. (ANTARA/M. Agung Rajasa)
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2014
Tags: