Empat negara siap dorong investasi di Indonesia
14 November 2014 23:37 WIB
ilustrasi Presiden Jokowi - PM Li Keqiang Presiden Jokowi berjabat tangan dengan Perdana Menteri (PM) Tiongkok Li Keqiang sesaat sebelum melakukan pertemuan resmi dengan para petinggi Tiongkok di Great Hall of the People, Beijing (9/11).
Brisbane, Australia (ANTARA News) - Empat negara masing-masing Tiongkok, Jepang, Rusia, dan Korea Selatan siap meningkatkan kerja sama dengan Indonesia di sejumlah bidang sehingga mendorong investasi asing di Indonesia.
"Kita tidak boleh tergantung satu atau dua negara. Saya juga bisik-bisik ke negara lain. Saya bisik-bisik ke Perdana Menteri Jepang, untuk juga agar infrastruktur kita dibantu. Ada yang ingin membantu banyak, Putin (Presiden Rusia-red) sama. Ada empat (kepala negara yang berkomitmen-red) Xi Jinping dan PM Abe, kemudian Presiden Putin, ada Presiden Park, saya ingin industri dan manufaktur bisa masuk Indonesia," kata Presiden Joko Widodo di Brisbane, Jumat malam, saat bertemu dengan masyarakat Indonesia yang tinggal di Australia.
Presiden menegaskan bahwa Indonesia adalah negara yang besar sehingga harus siap menghadapi perdagangan bebas dan pemberlakuan komunitas ASEAN. Salah satu kesiapan yang bisa dilakukan adalah dengan terus menggali potensi dan kemampuan Indonesia di berbagai bidang.
Dalam bagian lain sambutannya, Presiden mengatakan saat menghadiri KTT APEC di Beijing awal pekan ini, sempat berbincang dengan Presiden Tiongkok dan berdiskusi tentang strategi Tiongkok hingga dapat menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia.
"Pas makan malam saya tanya, Presiden Xi, kenapa Tiongkok bisa meloncat seperti ini? padahal dulu terututup? beri saya tiga poin saja, jangan banyak-banyak, apa?," kata Presiden Joko Widodo.
Presiden Xi Jinping kemudian menjawab pertanyaan Presiden Joko Widodo, tiga hal yang menjadi perhatian Tiongkok. Yang pertama adalah bagaimana kekuatan politik di Tiongkok bersatu untuk bersama-sama mencapai tujuan nasional.
"Ini penting sekali yang pertama partai yang harus bersatu. Kekuatannya ada di situ, Indonesia yang sulit, tapi saya akan mencoba," kata Presiden.
Hal yang kedua adalah ketika rencana besar secara nasional telah disepakati maka meski pemimpin atau pemerintahan berganti, langkah yang diambil pemerintah berpedoman pada rencana tersebut.
"Ada sebuah gagasan besar planning besar, rencana besar, itu harus kamu punyai, Tiongkok sudah punya. Gagasan besarnya jelas, visi ke depan jelas, mau ke mana negara kita. Kalau dia ditanya tahun depan atau 10 tahun atau 5 tahun ke depan, rencana 50 tahun ke depan seperti apa. waktu kita melihat pelabuhan besar, maket perencanaan sudah kelihatan sekali, 10 tahun lagi kita bangun di sini, sampai 100 tahun sudah kelihatan semua. tidak ganti presiden, ganti acara. Ganti pemerintahan, ganti acara, rancangan besar, ada semua. Siapa pun presidennya, rencanaya dikerjakan terus," kata Kepala Negara.
Dan hal yang ketiga, menurut Xi Jinping, kata Presiden Joko Widodo adalah membangun infrastruktur dan konektivitas untuk itu semua.
"Kalau sudah ada rencana dan gagasan besar, infrastruktur harus dikerjakan. Apa? yang mengkoneksikan antar kota dengan kota, pulau dengan pulau, konektivity. Infrastruktur yang menyambungkan, ini kunci dan jangan terlambat, sekali terlambat sekali memutuskan infrastruktur akan semakin mahal, pembebasan tanah mahal sekali, harga barang semakin mahal, bayar orang mahal," kata Presiden mengutip Xi Jinping.
Oleh karena itu Kepala Negara mengingatkan semua pihak bisa bersama-sama memberikan kontribusi bagi kemajuan pembangunan nasional.
"Kita tidak boleh tergantung satu atau dua negara. Saya juga bisik-bisik ke negara lain. Saya bisik-bisik ke Perdana Menteri Jepang, untuk juga agar infrastruktur kita dibantu. Ada yang ingin membantu banyak, Putin (Presiden Rusia-red) sama. Ada empat (kepala negara yang berkomitmen-red) Xi Jinping dan PM Abe, kemudian Presiden Putin, ada Presiden Park, saya ingin industri dan manufaktur bisa masuk Indonesia," kata Presiden Joko Widodo di Brisbane, Jumat malam, saat bertemu dengan masyarakat Indonesia yang tinggal di Australia.
Presiden menegaskan bahwa Indonesia adalah negara yang besar sehingga harus siap menghadapi perdagangan bebas dan pemberlakuan komunitas ASEAN. Salah satu kesiapan yang bisa dilakukan adalah dengan terus menggali potensi dan kemampuan Indonesia di berbagai bidang.
Dalam bagian lain sambutannya, Presiden mengatakan saat menghadiri KTT APEC di Beijing awal pekan ini, sempat berbincang dengan Presiden Tiongkok dan berdiskusi tentang strategi Tiongkok hingga dapat menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia.
"Pas makan malam saya tanya, Presiden Xi, kenapa Tiongkok bisa meloncat seperti ini? padahal dulu terututup? beri saya tiga poin saja, jangan banyak-banyak, apa?," kata Presiden Joko Widodo.
Presiden Xi Jinping kemudian menjawab pertanyaan Presiden Joko Widodo, tiga hal yang menjadi perhatian Tiongkok. Yang pertama adalah bagaimana kekuatan politik di Tiongkok bersatu untuk bersama-sama mencapai tujuan nasional.
"Ini penting sekali yang pertama partai yang harus bersatu. Kekuatannya ada di situ, Indonesia yang sulit, tapi saya akan mencoba," kata Presiden.
Hal yang kedua adalah ketika rencana besar secara nasional telah disepakati maka meski pemimpin atau pemerintahan berganti, langkah yang diambil pemerintah berpedoman pada rencana tersebut.
"Ada sebuah gagasan besar planning besar, rencana besar, itu harus kamu punyai, Tiongkok sudah punya. Gagasan besarnya jelas, visi ke depan jelas, mau ke mana negara kita. Kalau dia ditanya tahun depan atau 10 tahun atau 5 tahun ke depan, rencana 50 tahun ke depan seperti apa. waktu kita melihat pelabuhan besar, maket perencanaan sudah kelihatan sekali, 10 tahun lagi kita bangun di sini, sampai 100 tahun sudah kelihatan semua. tidak ganti presiden, ganti acara. Ganti pemerintahan, ganti acara, rancangan besar, ada semua. Siapa pun presidennya, rencanaya dikerjakan terus," kata Kepala Negara.
Dan hal yang ketiga, menurut Xi Jinping, kata Presiden Joko Widodo adalah membangun infrastruktur dan konektivitas untuk itu semua.
"Kalau sudah ada rencana dan gagasan besar, infrastruktur harus dikerjakan. Apa? yang mengkoneksikan antar kota dengan kota, pulau dengan pulau, konektivity. Infrastruktur yang menyambungkan, ini kunci dan jangan terlambat, sekali terlambat sekali memutuskan infrastruktur akan semakin mahal, pembebasan tanah mahal sekali, harga barang semakin mahal, bayar orang mahal," kata Presiden mengutip Xi Jinping.
Oleh karena itu Kepala Negara mengingatkan semua pihak bisa bersama-sama memberikan kontribusi bagi kemajuan pembangunan nasional.
Pewarta: Panca HP dan GNC Aryani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014
Tags: