Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertanian, Anton Apriyantono, mengatakan, pengembangan industri anggrek di Indonesia agar berdaya saing dan menjadi produk unggulan di pasar internasional memerlukan penerapan teknologi yang inovatif. "Penerapan teknologi yang inovatif dalam industri anggrek tidak saja meningkatkan kuantitas, melainkan juga efisiensi produksi," kata Menteri di Jakarta, Rabu. Ia mengatakan, inovasi teknologi untuk mengembangkan usaha anggrek nasional dinilai mampu mengubah potensi sumber daya nasional menjadi produk unggulan yang berdaya saing tinggi di perdagangan anggrek internasional. Menurut Menteri, diperlukan langkah strategis yang konsisten di antaranya dengan menetapkan spesies dan varietas unggulan, mengembangkan teknik mericlone, dan menggunakan sarana produksi berbasis lokal. Selain itu juga meningkatkan promosi, mengembangkan pemasaran berdasarkan prinsip "supply chain management", dan meningkatkan jejaring kerja di dalam dan luar negeri. Anggrek telah dipilih sebagai salah satu komoditas unggulan dalam pembangunan pertanian nasional. Pemerintah menaruh perhatian serius terhadap kemajuan peranggrekan nasional melalui pembinaan komoditas secara berkelanjutan. "Pemerintah mendorong pembangunan industri tanaman hias sebagai andalan ekspor non migas untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional," katanya. Momentum pertumbuhan tersebut, menurut Menteri, perlu didukung peningkatan kegiatan produktif di tingkat "on farm" dan "off farm" serta kebijakan yang kondusif dalam bentuk kemudahan perizinan usaha dan ekspor, dan pengurusan dokumen CITES ("Convention of International Trade in Endangered Species"). Selain itu pemberian insentif investasi, penurunan pajak dan pungutan serta penyediaan infrastruktur pendukung. Menurut dia, sudah saatnya para pelaku usaha mengubah orientasi bisnis yang didominasi kegiatan "trading" menjadi lebih ke arah hulu untuk menghasilkan nilai tambah yang lebih besar.(*)