Pekanbaru (ANTARA News) - Bencana meletusnya Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara menjadi salah satu penyebab harga cabai merah di berbagai wilayah kabupaten/kota di Provinsi Riau sampai saat ini terus melambung bahkan mencapai Rp100 ribu per kilogram.

"Seperti diketahui, bahwa hasil pertanian warga Sinabung di Tanah Karo dipasok ke berbagai wilayah, salah satunya Riau, termasuk cabai," kata Dirjen Standarisasi dan Perlindungan Konsumen Kementerian Perdagangan Widodo di Pekanbaru, Jumat.

Sebelumnya Dirjen memimpin Tim Terpadu Pengawasan Barang Beredar (TPBB) yang terdiri atas perwakilan dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kemendag, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Kementerian Perindustrian, Kementerian ESDM, Mabes TNI Angkatan Darat, dan Bareskrim Mabes Polri, serta Badan Intelejen Negara (BIN), melakukan operasi barang beredar di sejumlah lokasi di Pekanbaru.

Berkaitan dengan melambungnya harga cabai, lanjut Widodo, sejauh ini bukan karena disebabkan rencana pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi.

"Namun itu lebih disebabkan gangguan distribusi seperti hasil pertanian Kabupaten Karo yang menyusut setelah bencana letusan Sinabung," katanya.

Dilaporkan, kenaikan harga cabai merah terjadi di berbagai wilayah kabupaten/kota di Riau termasuk di ibu kota Pekanbaru.

Kalangan ibu rumah tangga mengeluh karena harga cabai terus melambung hingga berada pada batas paling tidak wajar yakni Rp100 ribu/kg. Harga tersebut jauh meningkat dibanding biasanya Rp20 ribu/kg.

Sementara pedagang di sejumlah pasar tradisional mengatakan kenaikkan harga cabai merah telah terjadi sejak satu pekan terakhir dan terus bergerak naik, dan pedagang pengecer mengaku kesulitan untuk mendapatkannya dari distributor karena stok yang terbatas.

Pemerintah daerah setempat menyatakan akan segera membuka peluang impor cabai merah jika kenaikkan harga terus terjadi dalam beberapa pekan ini sebagai upaya memenuhi kebutuhan dan menyeimbangkan harga pasar.