Gerilyawan Sinai tewaskan lima wamil saat Mesir periksa serangan laut
Ilustrasi. Asap membumbung dari sebuah rumah yang diledakkan saat operasi militer oleh pasukan keamanan Mesir di Rafah, dekat perbatasan Jalur Gaza, Mesir, Kamis (6/11). Di perbatasan Jalur Gaza-Mesir, warga mengosongkan rumah mereka, membawa kasur dan perabotan ke mobil sementara para tentara mengawasi dari kendaraan lapis baja. Di sembilan desa di sepanjang perbatasan, 680 rumah yang menjadi tempat tinggal 1.165 keluarga dihancurkan untuk menutup terowongan penyelundup dan sebagai upaya menghancurkan pemberontakan militan di Sinai utara yang memanas sejak militer Mesir menggulingkan Presiden Muhammad Mursi 16 bulan lalu. (REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa)
Militer melakukan serangan udara di Sinai, menewaskan tiga anggota kelompok militan Islam Ansar Beit al-Maqdis, kata beberapa pejabat keamanan, lapor AFP.
Mesir telah dilanda gelombang serangan sejak militer menggulingkan Presiden Mohamed Moursi dari kubu Islam tahun lalu, yang membuat marah pendukungnya.
Di Kairo, 16 orang luka-luka Kamis dalam satu kepanikan di kereta api metro Kairo setelah sebuah bom kecil meledak pada jam sibuk.
Serangan-serangan di Sinai, di mana dua wajib militer polisi dan tiga tentara dibawa keluar dari kendaraan mereka dan ditembak mati, mencitrakan keunggulan Ansar Beit al-Maqdis, yang sering mendirikan pos-pos pemeriksaan dadakan di semenanjung yang bergolak.
Penyergapan itu terjadi sehari setelah serangan belum pernah terjadi sebelumnya di kapal angkatan laut melukai lima prajurit dan menyebabkan delapan hilang di laut.
Militer, yang mengatakan Rabu bahwa pihaknya masih melakukan pencarian dan operasi penyelamatan untuk mereka yang hilang, menyebutkan insiden itu sebagai serangan "teroris".
Tetapi sehari kemudian identitas dan tujuan para penyerang masih belum diketahui.
Seorang pejabat keamanan mengatakan bahwa puluhan tersangka yang ditangkap di laut setelah serangan masih diinterogasi.
Tidak segera jelas apakah mereka adalah "teroris" atau penyelundup obat atau penyelundup senjata yang sering menjadi bagian di laut, katanya.
Empat kapal yang digunakan oleh penyerang hancur, menurut militer.
Mantan Laksamana Prancis Alain Coldefy mengatakan kepada AFP bahwa para penyerang bisa saja para militan atau pedagang migran ilegal.
"Masih terlalu dini untuk mengetahui sumber serangan tersebut," kata Coldefy, yang sekarang direktur riset pada Institut de Relations Internationales et Strategiques think-tank di Paris.
"Ini bisa jadi teroris, atau bisa saja pedagang manusia yang kuat yang tidak mau repot dalam urusan mereka."
Serangan-serangan militan akan mengambil banyak persiapan, tetapi tidak akan pernah sulit untuk melaksanakan mengingat ukuran perahu angkatan laut itu, katanya. (AK)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014