Nunukan (ANTARA News) - Warga perbatasan di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, memilih menjadi warga Negara Malaysia karena desakan ekonomi, kebutuhan pendidikan dan minimnya pelayanan kesehatan di kampung halamannya.

Kepala Desa Samunti Kecamatan Lumbis Ogong Kabupaten Nunukan, Pagalu di Nunukan, Kamis mengatakan, 20 kepala keluarga dari total 85 KK di desa ini telah pindah tempat tinggal ke wilayah Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia.

Dari 20 KK tersebut, lanjut dia, sebagian besar telah menjadi warga negara Malaysia dan sebagian lagi masih menjadi pendatang ilegal namun telah memiliki pekerjaan tetap di Malaysia.

Faktor utama yang menyebabkan warga pindah tempat tinggal ke Malaysia adalah desakan ekonomi dan pendidikan yang sangat sulit diperoleh di Desa Samunti, kata dia saat mengunjungi warganya yang bekerja sebagai buruh kebun di Sei Bilal, Kelurahan Nunukan Barat, Kecamatan Nunukan.

Pagalu mengaku, perpindahan warga desanya itu telah berlangsung sejak puluhan tahun silam dan tetap terjadi hingga kini karena sulitnya mendapatkan penghidupan yang layak di tanah kelahirannya.

Warga Desa Samunti yang berpindah tempat tinggal di Malaysia masih sering bolak balik ke kampung kelahirannya untuk menjenguk sanak keluarganya, kata dia.

Kondisi kehidupan warga yang mereka tinggalkan sangat memprihatinkan karena belum diterangi listrik, sarana pendidikan, kesehatan dan infrastruktur jalan.

Hal sama diutarakan Butuk (40), warga Desa Samunti, yang bekerja sebagai buruh kebun di Pulau Nunukan bahwa sejak sebulan lalu sulit mendapatkan mata pencaharian di kampungnya.

Pekerjaan warga di desa itu hanya berkebun sementara untuk mendapatkan kebutuhan hidup sehari-hari sangat susah akibat tidak adanya akses transportasi darat ke wilayah terdekat seperti Desa Mansalong Kecamatan Lumbis.

"Hanya Desa Mansalong yang dekat dengan kampung kami. Itu pun hanya bisa ke sana (Mansalong) dengan menggunakan katinting (perahu bermesin) melalui sungai yang berarus deras dengan waktu perjalanan selama 24 jam," kata Butuk yang mengaku terpaksa meninggalkan empat orang anaknya di Desa Samunti demi mencari pekerjaan di ibukota Kabupaten Nunukan.

Pagalu juga mengeluhkan tiadanya sarana komunikasi di kampung halamannya sehingga membuat warga pindah ke Malaysia karena pemerintah negeri jiran itu menyediakan semua fasilitas yang diinginkannya, mulai dari rumah tempat tinggal layak sampai sarana telekomunikasi dan listrik.