Harga cabai di Kotabaru Rp80.000/kg
12 November 2014 03:32 WIB
Pedagang cabai keriting menunggu pembeli kebutuhan pokok di pasar Senen, Jakarta, Selasa (11/11). Akibat cuaca ekstrem yang melanda beberapa wilayah penghasil cabai dan rencana kenaikan BBM membuat harga cabai keriting meningkat dari harga 40 ribu per kilo menjadi 60 ribu per kilo. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
Kotabaru (ANTARA News) - Harga cabai di pasar tradisional dan pasar induk di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, beberapa hari ini naik dari Rp30.000/kg menjadi Rp80.000 per kilogram.
"Mulai terjadi kenaikan ketika berkembangnya isu pemerintah akan menaikkan harga BBM bersubsidi," kata warga Kotabaru, Saniah, Selasa.
Ibu dari tiga orang anak tersebut mengaku kaget saat berbelanja di pasar harian di Kotabaru, di mana harga beberapa barang kebutuhan sehari-hari naik.
"Selain cabai yang melambung hingga Rp80.000 per kilogram, harga bawang merah yang biasanya Rp14.000 per kilogram, juga naik menjadi Rp20.000 per kilogram," imbuhnya.
Belum lagi minyak goreng, bawang putih, telur, gula pasir, tepung terigu, beras, dan susu.
Barang-barang tersebut naik, namun tidak signifikan, berbeda dengan kenaikan sayur-masyur, seperti tomat, wortel, kentang, buncis, dan kacang.
Hal yang sama juga dialami oleh Siti, seorang ibu rumah tangga itu mengaku kaget saat membeli telur ayam ras di pasar induk Kemakmuran Kotabaru.
Menurut pedagang, naiknya harga cabai karena pasokan dari Sulawesi dan Surabaya agak terlambat dari biasanya.
"Apalagi sebagian besar sayur-mayur yang kami jual didatangkan dari luar Kotabaru, misalnya Sulawesi dan Surabaya," ujar beberapa pedagang di pasar subuh Kotabaru.
Warga berharap, kenaikan harga yang terjadi murni akibat kekosongan barang, bukan karena coba-coba memanfaatkan moment isu akan terjadinya kenaikan harga BBM bersubsidi.
"Kalau naiknya karena kosong, setelah barang kembali tersedia maka harga akan turun, tetapi apabila disebabkan isu kenaikan harga BBM, tidak menutup kemungkinan kenaikan harga itu tetap bertahan, bahkan akan semakin melambung apabila pemerintah sudah benar-benar menetapkan kenaikan harga BBM," ujar warga Baharu, Abu Bakar.
Kepala Kantor Pasar Kemakmuran Kotabaru Said Rijani, hingga saat ini belum berhasil dikonfirmasi terkait naiknya sejumlah barang kebutuhan sehari-hari.
"Mulai terjadi kenaikan ketika berkembangnya isu pemerintah akan menaikkan harga BBM bersubsidi," kata warga Kotabaru, Saniah, Selasa.
Ibu dari tiga orang anak tersebut mengaku kaget saat berbelanja di pasar harian di Kotabaru, di mana harga beberapa barang kebutuhan sehari-hari naik.
"Selain cabai yang melambung hingga Rp80.000 per kilogram, harga bawang merah yang biasanya Rp14.000 per kilogram, juga naik menjadi Rp20.000 per kilogram," imbuhnya.
Belum lagi minyak goreng, bawang putih, telur, gula pasir, tepung terigu, beras, dan susu.
Barang-barang tersebut naik, namun tidak signifikan, berbeda dengan kenaikan sayur-masyur, seperti tomat, wortel, kentang, buncis, dan kacang.
Hal yang sama juga dialami oleh Siti, seorang ibu rumah tangga itu mengaku kaget saat membeli telur ayam ras di pasar induk Kemakmuran Kotabaru.
Menurut pedagang, naiknya harga cabai karena pasokan dari Sulawesi dan Surabaya agak terlambat dari biasanya.
"Apalagi sebagian besar sayur-mayur yang kami jual didatangkan dari luar Kotabaru, misalnya Sulawesi dan Surabaya," ujar beberapa pedagang di pasar subuh Kotabaru.
Warga berharap, kenaikan harga yang terjadi murni akibat kekosongan barang, bukan karena coba-coba memanfaatkan moment isu akan terjadinya kenaikan harga BBM bersubsidi.
"Kalau naiknya karena kosong, setelah barang kembali tersedia maka harga akan turun, tetapi apabila disebabkan isu kenaikan harga BBM, tidak menutup kemungkinan kenaikan harga itu tetap bertahan, bahkan akan semakin melambung apabila pemerintah sudah benar-benar menetapkan kenaikan harga BBM," ujar warga Baharu, Abu Bakar.
Kepala Kantor Pasar Kemakmuran Kotabaru Said Rijani, hingga saat ini belum berhasil dikonfirmasi terkait naiknya sejumlah barang kebutuhan sehari-hari.
Pewarta: Imam Hanafi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014
Tags: