Kairo, Mesir (ANTARA News) - Maroko, Selasa, dibatalkan menjadi tuan rumah Piala Afrika (CAN) tahun depan, selain juga didiskualifikasi dari turnamen itu karena bersikukuh mengusulkan penundaan turnamen ini karena ketakutan pada epidemi Ebola, umum Konfederasi Sepak Bola Afrika (CAF) seperti dikutip AFP.
Maroko sebelum ini menyatakan bahwa seruan penundaan ini "didorong oleh alasan kesehatan dari jenis yang paling berbahaya yang berkaitan dengan risiko serius dari penyebaran pandemik maut Ebola."
Pernyataan CAF yang dikeluarkan di markas besarnya di Kairo menyebutkan bahwa negara-negara lain telah mengisyaratkan kesediaan untuk menjadi tuan rumah turnamen ini.
Dan bahwa itu akan "segera dituntaskan pemilihan Asosiasi Nasional yang berhasil dan memastikan tempat dan waktunya."
Waktu penyelenggaraan CAN 2015 adalah dari 17 Januari sampai 9 Februari.
Komite Eksekutif CAF telah memastikan bahwa laga-laga kualifikasi untuk turnamen ini akan dilanjutkan sesuai rencana pada 14-15 November untuk menentukan 15 tim yang akan bergabung pada putaran final dengan negara tuan rumah yang baru.
Virus maut Ebola sudah menewaskan paling tidak 4.960 orang yang kebanyakan di negara-negara Afrika Barat seperti Sierra Leone, Liberia dan Guinea.
Maroko khawatir masuknya penonton sepak bola asing ke negaranya bisa membantu penyebaran epidemik itu.
CAF menyebut kekhawatiran itu berlebihan karena jumlah penonton asing yang akan pergi ke Maroko pastilah terbatas.
Epidemi Ebola menelan korban pertama Piala Afrika pada Agustus lalu ketika Seychelles membatalkan laga kandang melawan Sierra Leone karena otoritas kesehatan negeri itu menyarankan pemerintah untuk tidak mengizinkan masuk para pemain Sierra Leone karena takut menyebarkan Ebola.
Akibat tingginya kematian akibat Ebola, CAF melarang Sierra Leone dan Guinea menjadi tuan rumah pertandingan-pertandingan kualifikasi mereka, demikian AFP.
Ebola membuat Maroko batal tuanrumahi Piala Afrika 2015
11 November 2014 22:44 WIB
Petugas kesehatan memindahkan jasad wanita yang tewas akibat virus Ebola di distrik Abeerden, Freetown, Sierra Leone, Selasa (14/10). (REUTERS/Josephus Olu-Mammah)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014
Tags: