Pembicaraan nuklir tiga pihak Iran berlangsung serius dan berat
11 November 2014 12:20 WIB
Dokumentasi Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton (kanan), dan Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, tiba untuk konferensi pers di akhir pembicaraan nuklir Iran, di Jenewa, Minggu (10/11). (REUTERS/Jason Reed)
Washington (ANTARA News) - Pembicaraan tiga-pihak mengenai program nuklir Iran, di Ibu Kota Oman, Muscat, berlangsung secara berat, langsung dan serius, kata juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Senin (10/11).
"Para perunding masih sangat memusatkan perhatian untuk mencapai kemajuan dan melihat apakah kami dapat mencapai kesepakatan sebelum tenggat", kata wanita Juru Bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Jen Psaki, dalam satu taklimat. Ia menambahkan, "Masih ada waktu untuk melakukan itu," kata dia.
Pertemuan dua-hari tersebut, yang dihadiri Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad-Javad Zarif, dan Utusan Uni Eropa, Catherine Ashton, dilakukan cuma dua pekan sebelum tenggat 24 November bagi kesepakatan menyeluruh mengenai program nuklir kontroversial Iran.
Setelah pertemuan itu, seorang pejabat Iran mengatakan kepada wartawan sedikit kemajuan dicapai dalam pembicaraan tersebut, dan jurang pemisah masih ada mengenai masalah inti.
Psaki mengatakan direktur polisik akan terus bertemu di Oman untuk waktu yang belum ditentukan sebelum diselenggarakannya babak baru pertemuan pekan depan di Eropa.
Iran dan kelompok P5+1 --AS, Inggris, Prancis, Rusia, China, ditambah Jerman, pada Juli sepakat untuk memperpanjang pembicaraan nuklir selama empat bulan lalgi sampai 24 November, setelah gagal mempersembit juran pemisah mengenai masalah inti selama perundingan enam bulan sebelumnya.
Sanksi Barat terhadap Iran dan kemampuan pengayaan uranium di negeri itu sekarang menjadi dua masalah penting bagi perundingan yang sulit.
Di dalam satu program wawancara yang diudarakan pada Minggu (9/11), di CBS News, Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, mengatakan, jurang pemisah lebar masih ada mengenai cara Barat dapat memperoleh jaminan ketat yang bisa diabsahkan bahwa Iran tak bisa memiliki senjata nuklir.
Sebelum pertemuan Muscat, perunding senior nuklir Iran, Abbas Arachi, mengatakan, pembicaraan nuklir di Oman antara Iran dan negara besar dunia tampaknya tak menghasilkan kesepakatan.
Namun, katanya, dicapainya kesepakatan akhir dengan negara besar mengenai masalah nuklir Iran "tidak sulit" sebelum tenggat 24 November.
Pertemuan di Muscat itu juga dilakukan setelah laporan media bahwa Obama, telah mengirim surat kepada Pemimpin Spiritual Iran, Ayatollah Ali Khamenei, untuk menyampaikan "kepentingan bersama" dalam memerangi kelompok fanatik Negara Islam (IS), di Irak dan Suriah.
Namun, Kerry mengatakan di Ibu Kota Tiongkok, Beijing, Sabtu, tak ada kaitan antara pembicaraan nuklir dan perang melawan IS.
"Para perunding masih sangat memusatkan perhatian untuk mencapai kemajuan dan melihat apakah kami dapat mencapai kesepakatan sebelum tenggat", kata wanita Juru Bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Jen Psaki, dalam satu taklimat. Ia menambahkan, "Masih ada waktu untuk melakukan itu," kata dia.
Pertemuan dua-hari tersebut, yang dihadiri Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad-Javad Zarif, dan Utusan Uni Eropa, Catherine Ashton, dilakukan cuma dua pekan sebelum tenggat 24 November bagi kesepakatan menyeluruh mengenai program nuklir kontroversial Iran.
Setelah pertemuan itu, seorang pejabat Iran mengatakan kepada wartawan sedikit kemajuan dicapai dalam pembicaraan tersebut, dan jurang pemisah masih ada mengenai masalah inti.
Psaki mengatakan direktur polisik akan terus bertemu di Oman untuk waktu yang belum ditentukan sebelum diselenggarakannya babak baru pertemuan pekan depan di Eropa.
Iran dan kelompok P5+1 --AS, Inggris, Prancis, Rusia, China, ditambah Jerman, pada Juli sepakat untuk memperpanjang pembicaraan nuklir selama empat bulan lalgi sampai 24 November, setelah gagal mempersembit juran pemisah mengenai masalah inti selama perundingan enam bulan sebelumnya.
Sanksi Barat terhadap Iran dan kemampuan pengayaan uranium di negeri itu sekarang menjadi dua masalah penting bagi perundingan yang sulit.
Di dalam satu program wawancara yang diudarakan pada Minggu (9/11), di CBS News, Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, mengatakan, jurang pemisah lebar masih ada mengenai cara Barat dapat memperoleh jaminan ketat yang bisa diabsahkan bahwa Iran tak bisa memiliki senjata nuklir.
Sebelum pertemuan Muscat, perunding senior nuklir Iran, Abbas Arachi, mengatakan, pembicaraan nuklir di Oman antara Iran dan negara besar dunia tampaknya tak menghasilkan kesepakatan.
Namun, katanya, dicapainya kesepakatan akhir dengan negara besar mengenai masalah nuklir Iran "tidak sulit" sebelum tenggat 24 November.
Pertemuan di Muscat itu juga dilakukan setelah laporan media bahwa Obama, telah mengirim surat kepada Pemimpin Spiritual Iran, Ayatollah Ali Khamenei, untuk menyampaikan "kepentingan bersama" dalam memerangi kelompok fanatik Negara Islam (IS), di Irak dan Suriah.
Namun, Kerry mengatakan di Ibu Kota Tiongkok, Beijing, Sabtu, tak ada kaitan antara pembicaraan nuklir dan perang melawan IS.
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014
Tags: