Jakarta (ANTARA News) - Menperin Saleh Husin mengatakan dampak harga bahan bakar minyak (BBM) yang rencananya akan dinaikan terhadap biaya produksi kalangan industri, relatif kecil, sekitar 3-4 persen.

"Dampaknya tidak besar terhadap industri," katanya pada pertemuan dengan sejumlah media, di Jakarta, Senin malam.

Ia mengatakan kalangan industri sudah terbiasa menggunakan BBM non-subsidi pada operasional pabrik mereka, kecuali industri skala mikro dan kecil.

"Kenaikan mungkin terjadi pada ongkos logistik dan distribusi," katanya.

Ditambahkan Sekjen Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Anshari Bukhari, pihaknya memperkirakan bila ada kenaikan harga BBM bersubsidi, maka harga bahan baku industri naik rata-rata 1,5 persen. Pihaknya memperkirakan bila pemerintah menaikkan BBM bersubsidi sekitar 46-47 persen atau sekitar Rp3.000/liter, maka dampak kenaikan biaya produksi kalangan industri nasional sekitar 3-4 persen.

Kendati relatif kecil, diakui Anshari, biasanya setiap kenaikan harga BBM bersubsidi akan berpengaruh terhadap pertumbuhan industri nasional.

"Seperti tahun 2005, ketika harga BBM bersubsidi naik, pertumbuhan industri turun," katanya. Namun dampak kenaikan BBM yang masih direncanakan itu, diperkirakan Anshari, tidak sebesar tahun 2005. Saat itu pertumbuhan industri jatuh di bawah pertumbuhan ekonomi.