Sampah plastik bisa jadi aksesori kelas desainer
8 November 2014 14:49 WIB
Aksesori berkelas dari kantong belanjaan, tutup botol, sendok plastik, terpal banner.Leni Agustin menyulap tutup botol air mineral menjadi kalung bermodel bertingkat. Ia melukis tutup botol kemudian memberikan renda pada bagian pinggirnya. (ANTARA News / Dolly Rosana)
Jakarta (ANTARA News) - Desainer muda Indonesia mengubah sampah plastik menjadi aksesori bernilai seni.
Tiga desainer muda Indonesia, Leni Agustin, Carla Handayani, dan XS Project and Impact menyulap sampah plastik menjadi kalung, gelang, tas, dan bando.
Ketiganya menang kompetisi yang digelar The Body Shop bekerja sama dengan Waste4Change dengan tema "Upcycle".
"Ini suatu langkah maju, karena untuk kali pertamanya sampah masuk dalam Jakarta Fashion Week. Artinya, sudah ada perubahan pola pikir dari para desainer bahwa sampah bukanlah sampah tapi suatu yang bermanfaat," kata Direktur Waste4Change M Bijaksana Junerosano di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan salah satu cara paling efektif mengubah pola pikir mengenai sampah adalah dengan mengandeng para pelaku fesyen.
"Dunia mode dapat memengaruhi berperilaku. Sentuhan fesyen membuat orang ingin beli meski mengetahui asesoris terbuat dari sampah," kata dia.
Menurut Bijaksana, peluang bisnis asesoris dengan bahan baku sampah ini sangat terbuka karena permintaan dari luar negeri tergolong tinggi.
"Perlu sentuhan desainer untuk memberikan nilai tambah, tanpa sentuhan seni maka akan sulit bersaing," kata Lulusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung tersebut.
Waste4Change merupakan perusahaan yang dipercaya penyelenggara Jakarta Fashion Week untuk acara tersebut bekerja sama dengan The Body Shop. Jakarta Fashion Week digelar di Kompleks Senayan City, 1-7 November 2014.
Perusahaan yang berorientasi pada penyelamatan lingkungan ini bekerja sama dengan The Body Shop menggelar kompetisi pemanfaatan sampah plastik bagi desainer Indonesia.
Tiga desainer muda Indonesia, Leni Agustin, Carla Handayani, dan XS Project and Impact menyulap sampah plastik menjadi kalung, gelang, tas, dan bando.
Ketiganya menang kompetisi yang digelar The Body Shop bekerja sama dengan Waste4Change dengan tema "Upcycle".
"Ini suatu langkah maju, karena untuk kali pertamanya sampah masuk dalam Jakarta Fashion Week. Artinya, sudah ada perubahan pola pikir dari para desainer bahwa sampah bukanlah sampah tapi suatu yang bermanfaat," kata Direktur Waste4Change M Bijaksana Junerosano di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan salah satu cara paling efektif mengubah pola pikir mengenai sampah adalah dengan mengandeng para pelaku fesyen.
"Dunia mode dapat memengaruhi berperilaku. Sentuhan fesyen membuat orang ingin beli meski mengetahui asesoris terbuat dari sampah," kata dia.
Menurut Bijaksana, peluang bisnis asesoris dengan bahan baku sampah ini sangat terbuka karena permintaan dari luar negeri tergolong tinggi.
"Perlu sentuhan desainer untuk memberikan nilai tambah, tanpa sentuhan seni maka akan sulit bersaing," kata Lulusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung tersebut.
Waste4Change merupakan perusahaan yang dipercaya penyelenggara Jakarta Fashion Week untuk acara tersebut bekerja sama dengan The Body Shop. Jakarta Fashion Week digelar di Kompleks Senayan City, 1-7 November 2014.
Perusahaan yang berorientasi pada penyelamatan lingkungan ini bekerja sama dengan The Body Shop menggelar kompetisi pemanfaatan sampah plastik bagi desainer Indonesia.
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014
Tags: