Bentrokan terjadi lagi di Jerusalem Timur
8 November 2014 07:59 WIB
Pemuda Palestina membawa bendera nasional dan pelontar saat terjadi bentrok antara polisi Israel usai sholat Jumat pertama di bulan Ramadan di Shuafat, kota satelit Jerusalem, Arab, Jumat (4/7). (REUTERS/Baz Ratner)
Jerusalem (ANTARA News) - Pemrotes Palestina dan polisi Israel pada Jumat (7/11) kembali terlibat dalam bentrokan sengit di permukiman Arab di Jerusalem Timur, tempat ketegangan telah merebak dalam beberapa pekan belakangan.
Di Kamp Pengungsi Shuafat, sejumlah pemuda Palestina melemparkan batu ke arah polisi Israel dan membakar ban serta tempat sampah. Polisi membalas dengan menembakkan gas air mata dan menggunakan granat kejut.
Sebelumnya, proses pemakaman simbolis diselenggarakan untuk warga Kamp Pengungsi Shuafat, Ibrahim Al-Akri --yang menabrakkan mobil van ke pedestrian di Jerusalem pada Rabu (5/11) dan menyebabkan dua orang meninggal dunia. Al-Akri ditembak hingga tewas di tempat oleh polisi Yahudi.
Jerusalem juga menyaksikan gangguan di Kota Tua pada Kamis malam dan Jumat pagi, kata polisi.
Menurut polisi, di wilayah Muslim di Kota Tua, pemuda Palestina melemparkan batu dan petasan ke arah pasukan keamanan pada Jumat pagi dan dua orang --termasuk anak kecil-- ditangkap.
Seorang personel polisi menderita luka ringan karena terkena batu, dan polisi menemukan satu gudang yang berisi 13 paket petasan.
Secara keseluruhan, 12 orang ditangkap pada Kamis malam dalam kerusuhan di Jerusalem. Lebih dari 200 orang juga ditangkap dalam dua pekan belakangan.
Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) mendesak rakyat Palestina di seluruh Tepi Barat Sungai Jordan agar ikut dalam pawai setelah Shalat Jumat untuk melindungi Masjir Al-Aqsha di Jerusalem Timur dari pengepungan Zionis.
Sebanyak 1.300 polisi anti-huru hara Israel dikerahkan pada Jumat di Kota Tua di Jerusalem guna mencegah kerusuhan, dan pria Muslim yang berusia di bawah 35 tahun dilarang shalat di Kompleks Masjid Al-Aqsha di wilayah Kota Tua.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang bertemu dengan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini, pada Jumat mengatakan meningkatnya ketegangan di kota tersebut adalah "akibat dari hasutan oleh orang Palestina garis keras".
"Saya harus katakan bahwa kami menyambut Anda pada saat hasutan kaum fanatik berusaha mengobarkan kerusuhan di Israel, dan terutama di Jerusalem serta di Bukit Knisah (Al-haram Asy-Syarif), dengan upaya untuk mengubah status quo di tempat itu," katanya seperti dilansir kantor berita Xinhua.
Radio Israel pada Jumat pagi melaporkan Netanyahu telah memerintahkan penghancuran rumah orang Palestina di Jerusalem, sebagai langkah kontroversial penghukuman kolektif.
Netanyahu memerintahkan para pejabat agar menggunakan tangan besi terhadap pengikut kelompok garis keras, setelah tiga polisi tewas dalam dua bentrokan terpisah di tengah ketegangan yang meningkat di kota suci itu dalam beberapa pekan belakangan, kata laporan tersebut.(Uu.C003)
Di Kamp Pengungsi Shuafat, sejumlah pemuda Palestina melemparkan batu ke arah polisi Israel dan membakar ban serta tempat sampah. Polisi membalas dengan menembakkan gas air mata dan menggunakan granat kejut.
Sebelumnya, proses pemakaman simbolis diselenggarakan untuk warga Kamp Pengungsi Shuafat, Ibrahim Al-Akri --yang menabrakkan mobil van ke pedestrian di Jerusalem pada Rabu (5/11) dan menyebabkan dua orang meninggal dunia. Al-Akri ditembak hingga tewas di tempat oleh polisi Yahudi.
Jerusalem juga menyaksikan gangguan di Kota Tua pada Kamis malam dan Jumat pagi, kata polisi.
Menurut polisi, di wilayah Muslim di Kota Tua, pemuda Palestina melemparkan batu dan petasan ke arah pasukan keamanan pada Jumat pagi dan dua orang --termasuk anak kecil-- ditangkap.
Seorang personel polisi menderita luka ringan karena terkena batu, dan polisi menemukan satu gudang yang berisi 13 paket petasan.
Secara keseluruhan, 12 orang ditangkap pada Kamis malam dalam kerusuhan di Jerusalem. Lebih dari 200 orang juga ditangkap dalam dua pekan belakangan.
Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) mendesak rakyat Palestina di seluruh Tepi Barat Sungai Jordan agar ikut dalam pawai setelah Shalat Jumat untuk melindungi Masjir Al-Aqsha di Jerusalem Timur dari pengepungan Zionis.
Sebanyak 1.300 polisi anti-huru hara Israel dikerahkan pada Jumat di Kota Tua di Jerusalem guna mencegah kerusuhan, dan pria Muslim yang berusia di bawah 35 tahun dilarang shalat di Kompleks Masjid Al-Aqsha di wilayah Kota Tua.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang bertemu dengan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini, pada Jumat mengatakan meningkatnya ketegangan di kota tersebut adalah "akibat dari hasutan oleh orang Palestina garis keras".
"Saya harus katakan bahwa kami menyambut Anda pada saat hasutan kaum fanatik berusaha mengobarkan kerusuhan di Israel, dan terutama di Jerusalem serta di Bukit Knisah (Al-haram Asy-Syarif), dengan upaya untuk mengubah status quo di tempat itu," katanya seperti dilansir kantor berita Xinhua.
Radio Israel pada Jumat pagi melaporkan Netanyahu telah memerintahkan penghancuran rumah orang Palestina di Jerusalem, sebagai langkah kontroversial penghukuman kolektif.
Netanyahu memerintahkan para pejabat agar menggunakan tangan besi terhadap pengikut kelompok garis keras, setelah tiga polisi tewas dalam dua bentrokan terpisah di tengah ketegangan yang meningkat di kota suci itu dalam beberapa pekan belakangan, kata laporan tersebut.(Uu.C003)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014
Tags: