Jakarta (ANTARA News) - Komisi Global Ekonomi dan Iklim mengeluarkan Laporan "New Climate Economy" (NCE) di Jakarta, Jumat, sebagai program unggulan untuk menganalisis bagaimana negara mencapai pertumbuhan ekonomi sambil menangani risiko yang ditimbulkan akibat perubahan iklim.

"Laporan ini bertujuan untuk menyediakan referensi praktis bagi para pembuat kebijakan di tiga sektor utama, yakni energi, tata guna lahan dan hutan, dan perkotaan," kata Penasihat Senior NCE Michael Jacobs.

Pemerintah dan sektor swasta, kata Michael, dapat tumbuh dengan pesat dengan secara bersamaan menurunkan tingkat emisi dengan meningkatkan efisiensi, memastikan ketersediaan infrastruktur pendukung, mendorong berkembangnya inovasi pada sektor-sektor tersebut, dan memantapkan struktur perekonomian.

Direktur Eksekutif Lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Koordinasi REDD+ di Indonesia (UNORCID) Satya Tripathi mengatakan pesan inti yang termuat dalam laporan ini adalah bahwa upaya mitigasi perubahan iklim dapat dilakukan dengan cara yang tidak mengancam pertumbuhan ekonomi.

"Upaya mitigasi perubahan iklim bahkan dapat menjadi katalis bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih dinamis dan kuat," katanya.

Komisi Global Ekonomi dan Iklim adalah komisi yang dibentuk oleh tujuh negara, yaitu Kolombia, Ethiopia, Indonesia, Norwegia, Korea Selatan, Swedia dan Inggris.

Laporan NCE bertajuk "Pertumbuhan Lebih Baik, Iklim Lebih Baik" menyerukan penghentian total deforestasi hutan alam pada tahun 2030 dengan melakukan restorasi atas 500 juta hektare hutan lahan pertanian yang hilang atau terdegradasi .

"Pentingnya tata kelola hutan bersamaan dengan restrukturisasi ekonomi politik hutan dan lahan gambut yang bijak juga ditekankan oleh laporan ini," kata Michael.