Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat sore melemah sebesar 36 poin menjadi Rp12.184 dibandingkan sebelumnya Rp12.148 per dolar AS.

"Penguatan dolar AS masih didukung oleh sentimen fundamental dari ekonomi Amerika Serikat menyusul beberapa data ekonomi yang dinilai mengalami perbaikan sehingga mendorong pelaku pasar uang cenderung masuk ke instrumen dolar AS," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Zulfirman Basir di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, mata uang dolar AS dinilai masih menarik menyusul data klaim pengangguran AS yang baru dirilis menunjukan mengalami penurunan, dengan demikian pemulihan ekonomi di Negeri Paman Sam itu masih berlanjut.

Di sisi lain, lanjut dia, dolar AS juga terbantu oleh terkoreksinya mata uang Euro setelah bank sentral Eropa (ECB) menegaskan kesiapannya untuk melonggarkan kebijakan moneter lebih lanjut jika dibutuhkan.

Kendati demikian, Zulfirman Basir mengatakan bahwa penguatan dolar AS masih dibatasi oleh antisipasi investor yang bersikap waspada menjelang publikasi data non-farm payroll dan tingkat pengangguran AS yang sedianya akan dipublikasikan pada akhir pekan waktu setempat.

"Data itu menjadi salah satu indikator yang dapat turut menentukan seberapa cepat Federal Reserve akan mulai menaikan suku bunganya," katanya.

Dari dalam negeri, lanjut dia, masih cukup kuatnya kabar yang beredar mengenai wacana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sebelum awal tahun 2015 menahan laju dolar AS terhadap rupiah lebih tinggi di pasar keuangan dalam negeri.

Sementara itu kurs tengah Bank Indonesia pada hari Jumat ini, tercatat mata uang rupiah bergerak menguat menjadi Rp12.149 dibandingkan posisi sebelumnya di Rp12.179 per dolar AS.