Jakarta (ANTARA News) - Pengamat intelijen, Susaningtyas Kertopati, menyarankan Presiden Joko Widodo cermat memilih calon kepala Badan Intelijen Negara (BIN). Kepala BIN saat ini adalah Marciano Norman.

"Sosok Kepala BIN ke depan harus memiliki pola kerja yang cenderung matang dalam mengelola deteksi aksi dan deteksi dini serta lebih outward looking ketimbang inward looking," kata politisi Partai Hanura ini, di Jakarta, Jumat.

Mantan anggota Komisi I DPR periode 2009-2014 ini, mengatakan, kepala BIN seyogyanya tak hanya memahami intelijen pertahanan, keamanan, ekonomi dan cyber, melainkan dapat mengatasi perang non tradisional.

Sosok yang cocok bagi Presiden Jokowi, bukan sosok yang banyak bicara. Akan tetapi sosok yang banyak kerja. Bahaya sekali, jika BIN dipimpin orang yang tak punya integritas dan ambivalen dalam loyalitasnya, serta banyak omong atau bergunjing, tuturnya.

Menurut dia, untuk memilih calon Kepala BIN tidak harus pernah menjabat di BIN, tetapi harus memiliki pengetahuan bidang intelijen yang luas, dan memiliki konsep untuk menjadikan masyarakat di seluruh negeri memiliki kemampuan deteksi dini dan peringatan dini.

Upaya pencegahan dapat lebih diutamakan daripada penanggulangan. Masyarakat harus menjadi agen lapangan informal, sehingga perlu kemampuan penggalangan.