BPS: inflasi karena BBm hanya berlangsung sesaat
4 November 2014 18:22 WIB
ilustrasi Pedagang BBM Bersubsidi Eceran Penjual BBM bersubsidi eceran melayani pengendara mengisi bahan bakar minyak jenis premium di SPBU mini di kawasan Jalan Tambak, Jakarta, Kamis (4/9). Wacana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bakal memicu inflasi, menurut menkeu Chatib Basri jika harga BBM dinaikkan Rp. 1.000 maka akan terjadi tambahan inflasi 1,5 persen. (ANTARA FOTO/Reno Esnir) ()
Semarang (ANTARA News) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah memperkirakan tingginya inflasi karena kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) hanya berlangsung sesaat.
"Memang saat ini momennya cukup sulit karena sebentar lagi akan ada kenaikan harga BBM subsidi," jelas Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Jam Jam Zamachsyari di Semarang, Selasa.
Melihat tren-tren pada kenaikan BBM pada tahun-tahun sebelumnya, inflasi tinggi hanya akan terjadi sebentar. Bahkan, pada bulan ketiga pascakenaikan harga BBM tersebut, inflasi akan kembali di level normal.
Sementara itu, jika kenaikan harga BBM di kisaran Rp2.000,00--Rp3.000,00 per liter, inflasi diprediksi tidak lebih dari dua digit.
"Akan tetapi, jika kenaikan harga BBM dilakukan pada bulan Desember mendatang, kami tidak bisa memprediksi berapa kenaikannya mengingat bulan tersebut merupakan akhir tahun atau saat tingkat konsumsi masyarakat mengalami peningkatan," jelasnya.
Menurut dia, dengan peningkatan tingkat konsumsi masyarakat, ada kemungkinan akan terjadi pergolakan harga di hampir semua komoditas.
Khusus akibat yang ditimbulkan pascakenaikan harga BBM subsidi tersebut, menurut Zamachsyari, akan muncul dampak lain di hampir semua sektor.
"Misalnya, sektor pertanian yang distribusinya menggunakan angkutan. Maka, mau tidak mau harga komoditas pertanian akan meningkat mengikuti kenaikan harga BBM ini," katanya.
Pihaknya berharap pada saat kenaikan harga BBM tidak diikuti dengan kelangkaan pasokan di sektor lain. Jika hal tersebut terjadi maka akibat yang ditimbulkan sangat buruk untuk tingkat inflasi Jateng.
"Dalam hal ini pasokan komoditas di semua sektor harus dipastikan kelancarannya. Jika tidak demikian, akan memperparah tingkat inflasi kita," jelasnya.
"Memang saat ini momennya cukup sulit karena sebentar lagi akan ada kenaikan harga BBM subsidi," jelas Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Jam Jam Zamachsyari di Semarang, Selasa.
Melihat tren-tren pada kenaikan BBM pada tahun-tahun sebelumnya, inflasi tinggi hanya akan terjadi sebentar. Bahkan, pada bulan ketiga pascakenaikan harga BBM tersebut, inflasi akan kembali di level normal.
Sementara itu, jika kenaikan harga BBM di kisaran Rp2.000,00--Rp3.000,00 per liter, inflasi diprediksi tidak lebih dari dua digit.
"Akan tetapi, jika kenaikan harga BBM dilakukan pada bulan Desember mendatang, kami tidak bisa memprediksi berapa kenaikannya mengingat bulan tersebut merupakan akhir tahun atau saat tingkat konsumsi masyarakat mengalami peningkatan," jelasnya.
Menurut dia, dengan peningkatan tingkat konsumsi masyarakat, ada kemungkinan akan terjadi pergolakan harga di hampir semua komoditas.
Khusus akibat yang ditimbulkan pascakenaikan harga BBM subsidi tersebut, menurut Zamachsyari, akan muncul dampak lain di hampir semua sektor.
"Misalnya, sektor pertanian yang distribusinya menggunakan angkutan. Maka, mau tidak mau harga komoditas pertanian akan meningkat mengikuti kenaikan harga BBM ini," katanya.
Pihaknya berharap pada saat kenaikan harga BBM tidak diikuti dengan kelangkaan pasokan di sektor lain. Jika hal tersebut terjadi maka akibat yang ditimbulkan sangat buruk untuk tingkat inflasi Jateng.
"Dalam hal ini pasokan komoditas di semua sektor harus dipastikan kelancarannya. Jika tidak demikian, akan memperparah tingkat inflasi kita," jelasnya.
Pewarta: Aris Wasita Widiastuti
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014
Tags: