Goma, DR Kongo (ANTARA News) - Sedikitnya delapan orang tewas Sabtu malam dalam kekerasan terbaru di timur bergolak Republik Demokratik Kongo, kata satu kelompok payung organisasi non-pemerintah, Minggu, lapor AFP.
Pembantaian di Kota Beni menambah menjadi lebih dari 110 kematian terhitung di wilayah itu sejak bulan lalu. Pemberontak Muslim Uganda menggunakan parang dan kelompok-kelompok itu dipersalahkan karena pertumpahan darah.
Para pejabat DR Kongo tidak segera bisa dihubungi untuk mengkonfirmasi laporan pembunuhan terbaru tersebut, yang dikatakan telah terjadi hanya beberapa jam setelah Presiden negara itu, Joseph Kabila, mengunjungi Kota Beni.
Teddy Kataliko, kepala organisasi payung LSM lokal yang berkelompok untuk Beni, mengatakan kepada AFP bahwa "pembantaian" terjadi di distrik Bel-Air di timur kota ini.
"Delapan orang tewas: dua tentara dan enam warga sipil," katanya.
Dia menambahkan bahwa para saksi percaya, para penyerang berasal dari pemberontak Kelompok Pasukan Demokratik Sekutu Uganda, yang sedang diperjuangkan oleh tentara Kongo dengan dukungan dari pasukan penjaga perdamaian PBB.
Para pemberontak Uganda dikejar ke DR Kongo oleh tentara Uganda pada 1990-an dan telah bersembunyi di pegunungan Ruwenzori di sepanjang perbatasan sejak itu.
Meskipun melemah oleh serangan terhadap mereka dimulai pada Januari, mereka terus melakukan pembantaian, perekrutan paksa dan penjarahan, serta membuat uang dengan memperdagangkan barang, termasuk kayu.
Presiden Kabila, berbicara di Beni, Jumat, berjanji untuk mereorganisasi kepemimpinan kampanye militer melawan pemberontak dan meminta misi PBB di negara itu diperkuat. (AK)
Sedikitnya delapan lagi tewas dalam pertumpahan darah di DR Kongo
3 November 2014 00:54 WIB
Joseph Kabila. (AFP)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014
Tags: