Ekonom: kualitas SDM perlu ditingkatkan hadapi MEA
2 November 2014 10:44 WIB
Pembeli memilih berbagai macam sepatu di salah satu pusat perbelanjaan di Tangerang, Banten pada foto 8 Agustus 2014. Kementerian Perindustrian menyebutkan menjelang MEA industri persepatuan perlu meningkatkan daya saing dengan cara meningkatkan produktivitas dan kualitas sepatu buatan dalam negeri dan kemampuan tenaga kerja. (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
Yogyakarta (ANTARA News) - Indonesia perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusia menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 agar mampu bersaing, kata ekonom Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Edy Suandi Hamid.
"Dikutip dari data Bappenas 2013, kesiapan tenaga kerja Indonesia menurut Asian Productivity Organization (APO) menunjukkan dari setiap 1.000 tenaga kerja Indonesia hanya sekitar 4,3 persen yang terampil, sedangkan Filipina 8,3 persen, Malaysia (32,6), dan Singapura (34,7)," katanya di Yogyakarta, Minggu.
Ia mengatakan kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC) akan mulai diberlakukan pada 2015. Meskipun sudah dekat, persiapan masyarakat Indonesia menghadapi MEA masih minim.
"Indonesia layak khawatir mengingat belum adanya tindakan antisipatif atau langkah-langkah yang memadai karena terbatasnya sosialisasi dan pemahaman mengenai MEA di kalangan masyarakat," katanya.
Menurut dia, survei Litbang Kompas pada awal 2014 di 10 kota besar menunjukkan hasil yang mengejutkan. Hanya 42,5 persen masyarakat yang pernah mendengar apa itu MEA.
Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (UII) itu mengatakan ada lima elemen inti pasar tunggal dan berbasis produksi yakni pergerakan arus barang, jasa, investasi, modal, dan tenaga kerja.
"Dikutip dari data Bappenas 2013, kesiapan tenaga kerja Indonesia menurut Asian Productivity Organization (APO) menunjukkan dari setiap 1.000 tenaga kerja Indonesia hanya sekitar 4,3 persen yang terampil, sedangkan Filipina 8,3 persen, Malaysia (32,6), dan Singapura (34,7)," katanya di Yogyakarta, Minggu.
Ia mengatakan kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC) akan mulai diberlakukan pada 2015. Meskipun sudah dekat, persiapan masyarakat Indonesia menghadapi MEA masih minim.
"Indonesia layak khawatir mengingat belum adanya tindakan antisipatif atau langkah-langkah yang memadai karena terbatasnya sosialisasi dan pemahaman mengenai MEA di kalangan masyarakat," katanya.
Menurut dia, survei Litbang Kompas pada awal 2014 di 10 kota besar menunjukkan hasil yang mengejutkan. Hanya 42,5 persen masyarakat yang pernah mendengar apa itu MEA.
Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (UII) itu mengatakan ada lima elemen inti pasar tunggal dan berbasis produksi yakni pergerakan arus barang, jasa, investasi, modal, dan tenaga kerja.
Pewarta: Bambang Sutopo Hadi
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014
Tags: