Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Komite Olah Raga Nasional Indonesia (KONI) Pusat Tono Suratman meminta PSSI memperberat hukuman terhadap PSS Sleman dan PSIS Semarang, terkait lima gol bunuh diri pada laga delapan besar Divisi Utama Liga Indonesia.

"Saya sudah menyampaikan kepada Ketua Umum PSSI Djohar Arifin untuk menambah hukuman yang lebih dari yang sudah diberikan, dan dia menyetujuinya," katanya di Jakarta, Kamis.

Tono mengatakan hukuman tambahan bisa diberikan kepada klub, pelatih, ofisial, atlet, pemain cadangan dengan tidak boleh bermain seumur hidup.

"Hukuman tambahan ini diharapkan dapat memberikan efek jera dan pelajaran bagi kita semua," katanya.

Dia mengatakan gol-gol bunuh diri pada laga PSS Sleman dengan PSIS Semarang, Minggu, 26 Oktober, sangat berpengaruh buruk terhadap cabang olah raga di Indonesia seperti futsal, voli dan basket.



"Apa yang terjadi di sepak bola tidak boleh terjadi di cabang olah raga lain. Kita bisa dipandang sebelah mata oleh negara-negara lain," katanya.

Hukuman berupa diskualifikasi yang dijatuhkan PSSI terhadap dua klub itu dinilai Menteri Pemuda dan Olah Raga Imam Nahrawi sebagai sesuatu yang pantas untuk menunjukkan ketegasan.
(Baca Juga : PSS Sleman dan PSIS didiskualifikasi)

Ketika mengunjungi pengurus cabang-cabang olah raga di Gelora Bung Karno, dia mengatakan mengapresiasi terhadap kinerja PSSI yang cepat memberikan sanksi kepada dua klub yang telah melanggar dan merusak semangat sepak bola.
(Baca Juga : Pusamania heran dengan kasus PSS Sleman-PSIS)

"Saya memberikan penghargaan kepada PSSI yang telah menghukum dengan tegas," katanya.