Veteran: korupsi sia-siakan perjuangan pahlawan kemerdekaan
28 Oktober 2014 17:54 WIB
Pejuang veteran, Wimo Soemanto, saat bersama siswa sekolah dasar pada peringatan Sumpah Pemuda di Museum Sumpah Pemuda, Selasa (28/10). (www.antaranews.com/Fiqih Arfani)
Jakarta (ANTARA News) - Veteran RI, Wimo Sumanto, menilai perbuatan korupsi telah menyia-nyiakan perjuangan pahlawan meraih kemerdekaan selama 360 tahun karena perbuatan tersebut dinilai menyengsarakan rakyat.
"Kalau ada orang yang korupsi sama saja menyengsarakan rakyat. Buat apa pahlawan terdahulu berjuang ratusan tahun untuk memerdekakan rakyat kalau korupsi meraja lela," kata Wimo usai mengikuti upacara Sumpah Pemuda di Gedung Sumpah Pemuda, Jakarta, Selasa.
Wimo yang berjuang melawan penjajahan Belanda dan Jepang pada 1945-1949 itu menilai para pemimpin yang korupsi tidak mengilhami semangat perjuangan para pahlawan sehingga dengan mudahnya mengambil uang rakyat tanpa takut dosa pada rakyat dan Tuhan.
Berdasarkan data yang dirilis dari Indonesia Corruption Watch (ICW), Minggu (17/8), sebanyak 308 kasus korupsi tercatat pada semester I-2014. Jumlah tersebut diperkirakan meningkat dibanding pada 2013 yang terdapat 560 kasus sepanjang tahun.
"Koruptor itu pantasnya ditembak mati saja meskipun itu mencederai hak hidup seseorang. Kalau tidak dihukum berat, koruptor baru pasti selalu ada," kata Komandan Keamanan Front Nasional Pusat Pembebasan Irian Barat Itu (FNP PIB) itu.
Di era pemerintahan Presiden Joko Widodo, Wimo optimistis ada titik baru untuk membenani korupsi, apalagi Presiden sempat meminta rekomendasi pada KPK terkait nama calon menteri yang dilabel merah karena diduga berpotensi korupsi.
Wimo pun mengapresiasi banyaknya wanita yang diangkat menjadi menteri. Kesetaraan pada perempuan dapat dilihat mengingat sebanyak 20 persen perempuan mengisi kursi kementerian.
"Perempuan kini dapat tampil. Namun, saya tidak setuju kalau ada Menteri Pemberdayaan Perempuan, yang benar itu menteri peranan perempuan. Kesannya kalau pemberdayaan, perempuan itu tidak berdaya," kata kakek berusia 88 tahun itu.
"Kalau ada orang yang korupsi sama saja menyengsarakan rakyat. Buat apa pahlawan terdahulu berjuang ratusan tahun untuk memerdekakan rakyat kalau korupsi meraja lela," kata Wimo usai mengikuti upacara Sumpah Pemuda di Gedung Sumpah Pemuda, Jakarta, Selasa.
Wimo yang berjuang melawan penjajahan Belanda dan Jepang pada 1945-1949 itu menilai para pemimpin yang korupsi tidak mengilhami semangat perjuangan para pahlawan sehingga dengan mudahnya mengambil uang rakyat tanpa takut dosa pada rakyat dan Tuhan.
Berdasarkan data yang dirilis dari Indonesia Corruption Watch (ICW), Minggu (17/8), sebanyak 308 kasus korupsi tercatat pada semester I-2014. Jumlah tersebut diperkirakan meningkat dibanding pada 2013 yang terdapat 560 kasus sepanjang tahun.
"Koruptor itu pantasnya ditembak mati saja meskipun itu mencederai hak hidup seseorang. Kalau tidak dihukum berat, koruptor baru pasti selalu ada," kata Komandan Keamanan Front Nasional Pusat Pembebasan Irian Barat Itu (FNP PIB) itu.
Di era pemerintahan Presiden Joko Widodo, Wimo optimistis ada titik baru untuk membenani korupsi, apalagi Presiden sempat meminta rekomendasi pada KPK terkait nama calon menteri yang dilabel merah karena diduga berpotensi korupsi.
Wimo pun mengapresiasi banyaknya wanita yang diangkat menjadi menteri. Kesetaraan pada perempuan dapat dilihat mengingat sebanyak 20 persen perempuan mengisi kursi kementerian.
"Perempuan kini dapat tampil. Namun, saya tidak setuju kalau ada Menteri Pemberdayaan Perempuan, yang benar itu menteri peranan perempuan. Kesannya kalau pemberdayaan, perempuan itu tidak berdaya," kata kakek berusia 88 tahun itu.
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014
Tags: