Solo (ANTARA News) - Ketua Umum Persis Solo, Jateng, FX Hadi Rudyatmo meminta kepada PSSI agar mengganti wasit yang "bermental tempe" dan jangan diturunkan memimpin suatu pertandingan jika menginginkan dunia sepak bola di Indonesia maju.

"Suatu olahraga itu gol akhir adalah untuk menciptakan suatu persahabatan dan bukan sebaliknya bermusuhan dan ini terjadi kebanyakan dipicu wasit yang tidak netral, seperti hal yang terjadi pada Persis Solo dalam mengikuti kompetisi ini," kata FX Hadi Rudyatmo yang juga menjabat Wali Kota Surakarta di Solo, Selasa.

Ia mengatakan saat ini Persis Solo sedang mencari keadilan kepada PSSI, karena beberapa kali dirugikan oleh tim lain dan dikerjai wasit. "Keadilan dalam sepak bola bagaimanapun harus ditegakkan," katanya.

Menurutnya sanksi untuk Persis Solo beberapa hari terakhir ini bukti nyata sebagai upaya menggembosi Persis Solo. Kondisi seperti ini secara otomatis Persis akan kesulitan untuk naik tingkat ke Indonesian Super League.

Dikatakan sanksi larangan kegiatan sepak bola selama enam bulan yang dijatuhkan oleh Komisi Disiplin PSSI kepada Persis itu harus segera dihapus. Pasalnya titik permasalahan bukan dari tim dan juga pemain, akan tetapi itu semua dari wasit yang semua berasal dari PSSI.

Selain itu kerusuhan yang mengakibatkan turunnya sanksi itu berada di luar lapangan oleh pihak suporter sehingga para pemain tidak seharusnya mendapatkan sanksi.

Pihaknya juga meminta PSSI harus melakukan pertandingan ulang antara Persis Solo dengan Martapura FC beberapa waktu lalu. Pasalnya sampai saat ini pertandingan belum dinyatakan berakhir dan masih menyisakan waktu tiga menit. Padahal waktu tiga menit itu sungguh berarti dan bisa membuat Persis Solo lolos ke semifinal.

"Pertandingan dihentikan dalam babak tambahan waktu tiga menit, dengan sekor 1-1, sisa waktu itu bisa membuat Persis Solo menang," katanya.

Pihaknya mengatakan jika PSSI tidak bisa memberikan keadilan bagi Persis Solo maka lebih baik Komisi Disiplin PSSI dibubarkan dan diganti orang-orang yang baru dan independen. Kalau tidak seperti itu maka kerugian yang dialami Persis Solo tidak menutup kemungkinan akan terjadi pada tim-tim lain yang ada di Indonesia.

"Sampai laga terakhir Minggu kemarin di Borneo, pemain kita dirugikan karena dilempari batu sehingga takut bertanding. Namun nyatanya mereka tidak dapat sanksi, sedangkan pemain kita tidak melakukan apa-apa malah disanksi larangan enam bulan," kata Rudy

Sementara itu Manajer Persis Solo, Totok Supriyanto, mengatakan dalam laga terakhir melawan Borneo Persis Solo memilih WO. Hal itu sebagai protes yang diberikan kepada PSSI karena para pemainnya dilempari supporter tuan rumah saat melakukan latihan resmi sehari sebelum pertandingan berlangsung.

Totok mengaku akan menyerahkan hal itu semua kepada operator Divisi Utama Liga Indonesia, akan tetapi pihaknya meminta PSSI memberikan keadilan bagi tim Persis Solo. "Kita memang fokus kepada kesehatan pemain, sehingga kami tidak bertanding, konsekuensinya kita dianggap kalah 3-0," katanya.